Ayi Pendi Warsono: Pilar Pengabdian di Desa Cileunyi Wetan

Ayi Pendi Warsono, seorang pegawai di Kantor Desa Cileunyi Wetan, adalah figur yang dikenal luas dan dihormati oleh masyarakat setempat. Ayi Pendi Warsono memulai pengabdiannya di Kantor Desa Cileunyi Wetan pada tahun 2014. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, beliau telah menyaksikan langsung berbagai dinamika yang terjadi di desa, mulai dari masa-masa sulit hingga periode kejayaan desa. Kemampuannya untuk tetap tenang dan bijak dalam menghadapi berbagai tantangan menjadikannya tokoh yang dihormati dan diandalkan oleh masyarakat.

Sebagai seseorang yang telah lama berkecimpung dalam urusan desa, Ayi sangat memahami permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Mulai dari isu infrastruktur, pelayanan publik, hingga pemberdayaan ekonomi warga, beliau memiliki wawasan yang mendalam dan solusi praktis untuk setiap persoalan. Kepeduliannya terhadap kemajuan desa tercermin dari upayanya yang tak kenal lelah dalam mendampingi masyarakat.

Ayi juga merupakan saksi sejarah atas perjalanan Desa Cileunyi Wetan. Beliau dapat menceritakan dengan detail berbagai momen penting yang pernah dialami desa, termasuk saat-saat penuh tantangan dan ketika desa mencapai puncak kejayaannya. Dengan pengalamannya ini, Ayi sering menjadi rujukan utama dalam merancang program-program pembangunan yang berkelanjutan.

Sebagai tokoh yang mudah didekati, Ayi selalu membuka pintu bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan atau konsultasi. Sikapnya yang ramah dan solutif menjadikan beliau tidak hanya seorang pegawai desa, tetapi juga seorang pemimpin yang dekat dengan masyarakat. Banyak warga yang merasa termotivasi oleh dedikasi dan semangat beliau dalam memajukan Desa Cileunyi Wetan.

Dengan pengalaman dan dedikasi yang dimiliki, Ayi Pendi Warsono terus berharap Desa Cileunyi Wetan dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di sekitarnya. Beliau percaya bahwa melalui kerja sama antara pemerintah desa dan masyarakat, Cileunyi Wetan dapat mencapai kemajuan yang lebih besar di masa mendatang.

Ayi Pendi Warsono adalah bukti nyata bahwa dedikasi dan pengabdian kepada masyarakat dapat membawa perubahan positif. Kiprah beliau akan selalu menjadi inspirasi bagi generasi penerus Desa Cileunyi Wetan.

Penulis ; Syahrani Khasyifa KPI5D

Menjelajah Desa Cileunyi Wetan: Harmoni Alam, Budaya, dan Kearifan Lokal

Desa Cileunyi Wetan, yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, adalah salah satu destinasi wisata yang menawarkan pengalaman autentik dengan nuansa pedesaan khas Sunda. Pada akhir pekan lalu, desa ini menggelar serangkaian acara dalam rangka Festival Desa Wisata 2024, yang berhasil menarik perhatian wisatawan lokal hingga mancanegara.

Pagi di Cileunyi Wetan dimulai dengan pemandangan sawah hijau yang membentang luas, berpadu dengan kabut tipis yang menggantung di kaki Gunung Manglayang. Para wisatawan diajak menyusuri jalan setapak yang melintasi ladang dan kebun, ditemani suara gemericik air dari sungai kecil yang mengalir jernih.

Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati kegiatan memancing di kolam-kolam warga atau bermain di aliran sungai dengan pemandangan alami yang menyejukkan.
Puncak acara festival ini adalah Pagelaran Seni Sunda, yang menampilkan tarian tradisional seperti Jaipongan dan permainan alat musik angklung oleh kelompok seni desa. Suasana semakin semarak saat anak-anak desa turut serta dalam atraksi kecapi suling yang mengiringi lagu-lagu daerah.

Para pengunjung juga diberi kesempatan belajar menari, memainkan angklung, hingga mencoba pakaian adat Sunda. "Pengalaman yang luar biasa! Saya belajar memainkan angklung untuk pertama kalinya, dan ternyata sangat menyenangkan," ujar Sarah, wisatawan asal Australia.

Tidak lengkap rasanya jika berkunjung tanpa mencicipi kuliner khas desa. Dalam festival ini, wisatawan disuguhi hidangan tradisional seperti nasi liwet, peuyeum, dan lalapan lengkap dengan sambal terasi yang menggugah selera. Selain itu, tersedia juga produk olahan lokal seperti keripik singkong, gula aren, dan kopi khas hasil kebun masyarakat setempat.

Beberapa pengunjung terlihat membeli kerajinan tangan dari bambu dan anyaman rotan, yang dibuat langsung oleh pengrajin desa. Kerajinan ini menjadi bukti nyata kearifan lokal yang terus dipertahankan.Festival ini juga menyuguhkan paket edukasi berupa workshop bertani dan membuat kerajinan bambu. Peserta diajak langsung ke sawah untuk belajar menanam padi, serta ke bengkel kerajinan untuk mencoba membuat barang sederhana dari bambu seperti tempat pensil atau dekorasi rumah.

Penulis : Syahrani Khasyifa KPI5D

Tren Slow Living: Gaya Hidup Santai yang Kembali Digemari Generasi Milenial dan Gen Z


Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang mulai melirik gaya hidup baru yang bertujuan menyeimbangkan waktu, pikiran, dan aktivitas sehari-hari. Tren slow living kini semakin populer, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mencari ketenangan di tengah hiruk-pikuk dunia digital.

Slow living bukan sekadar hidup dengan kecepatan lambat, tetapi sebuah filosofi untuk menjalani hidup dengan kesadaran penuh, menghargai momen, dan memilih kualitas daripada kuantitas. Dari rutinitas harian hingga hubungan sosial, slow living mendorong orang untuk mengambil jeda, berhenti dari kebiasaan multitasking yang sering membuat stres, dan menikmati setiap proses kehidupan.

Tren ini muncul sebagai reaksi terhadap hustle culture—budaya kerja berlebihan yang memaksa seseorang untuk terus produktif. Pandemi COVID-19 menjadi momen refleksi bagi banyak orang untuk mengevaluasi gaya hidup mereka. Kesehatan mental, yang sering terabaikan dalam kehidupan modern, menjadi fokus utama.

Hidup sederhana bukan berarti meninggalkan kenyamanan, melainkan menyingkirkan hal-hal yang tidak esensial. Ini bisa dimulai dengan merapikan rumah, mengurangi belanja impulsif, atau menerapkan gaya hidup minimalis.

Slow living mengajarkan pentingnya fokus pada satu hal dalam satu waktu. Mulai dari menikmati sarapan tanpa melihat ponsel hingga meluangkan waktu untuk membaca buku di sore hari.

Penulis : Syahrani Khasyifa KPI5D

Layanan Samsat Keliling di Kantor Kecamatan Cinambo

VOKALOKA.COM, Bandung - Kantor kecamatan cinambo yang beralamat di JL. Cinambo No.56, Pakemitan, Kec. Cinambo, Kota Bandung, mengadakan siskamling setiap hari rabu pada pukul 08.00 – 14.00 WIB. Melayani pembayaran kendaraan bermotor 1 tahunan dengan persyaratan STNK, SKKP/ Notice pajak, serta KTP.

Sistem SIM keliling adalah layanan kepolisian yang memungkinkan masyarakat memperpanjang SIM di lokasi tertentu tanpa harus datang ke kantor polisi. Layanan ini hanya dapat digunakan untuk memperpanjang SIM A dan SIM C yang masih berlaku.

Berikut cara perpanjang SIM di layanan SIM keliling:
1. Datang ke lokasi SIM keliling yang terdekat
2. Bawa alat tulis sendiri
3. Isi formulir yang diberikan petugas
4. Serahkan formulir yang sudah terisi ke petugas
5. Tunggu antrian hingga nama dipanggil
6. Masuk ke mobil untuk mengikuti tes kesehatan
7. Lakukan foto terbaru
8. Tunggu hingga SIM baru selesai dibuat dan nama dipanggil kembali oleh petugas
Biaya perpanjangan SIM di layanan SIM keliling adalah: SIM A: Rp80.000, SIM C: Rp75.000.
 
Selain itu, biasanya ada biaya tambahan sebesar Rp30.000 untuk asuransi.
SIM keliling biasanya beroperasi pada hari kerja dan tidak beroperasi pada hari libur nasional atau tanggal merah.

Dengan adanya SIM keliling di Kantor kecamatan cinambo sangat mempermudah dan dapat di jangkau bagi warga setempat untuk membayar pajak kendaraan maupun membuat SIM, baik itu SIM A, maupun SIM C.

Reporter : Rian Permana

Asal Usul Nama Cinambo, Kelurahan di Kota Bandung

Salah satu daerah di Kota Bandung yang memiliki sejarah atau asal usul menarik adalah nama Cinambo. Cinambo berasal dari kata 'Ci' dan 'Nambeu'. Di mana ci di sini yaitu air dan nambo adalah bekas dasar sungai atau menggenang. Selain itu juga Cinambo adalah sebuah kelurahan terletak di kecamatan Lengkong, dahulu tempat ini merupakan tempat yang subur dan strategis. Maka menjadi tempat pemukiman yang penting.
 
Pada awal abad ke-19, wilayah Cinambo ini berada di pinggir Rawa Gegerhanjuang. Secara geografi merupakan tempat yang memiliki kondisi dataran rendah yang berasal dari aliran sungai yang kering. Ada juga yang mengatakan bahwa Cinambo ini berasal dari kata 'Ci' dan 'Numbu' yang berarti air yang nyambung.

Bisa diartikan, Cinambo sebagai tempat bertemunya sungai. Jika dilihat dari sisi demografisnya Cinambo ini dikelilingi oleh 4 sungai yakni Cilutung, Ciburuy, Cipager, dan Ciwaru. Sungai-sungai ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat, baik sebagai sumber air, transportasi, maupun kegiatan ekonomi.

Cinambo merupakan salah satu daerah di Kota Bandung yang dilalui oleh sungai-sungai ini, sehingga masyarakat setempat memberikan nama Cinambo untuk mencerminkan karakteristik geografis daerah tersebut. Selain itu, Cinambo juga memiliki sejarah yang erat dengan perkembangan kota Bandung. Pada zaman kolonial Belanda, Bandung mengalami perubahan besar dan berangsur angsur menjadi sebagai kota perkebunan dan pusat administrasi kolonial. Pada saat itu, banyak tanah di Cinambo digunakan untuk perkebunan, terutama tanaman teh.

Keberadaan perkebunan teh di Cinambo membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan wilayah tersebut.Banyak pekerja yang bermukim di sekitar perkebunan dan membentuk komunitas yang kemudian disebut sebagai Cinambo.Seiring berjalannya waktu, perkembangan kota Bandung semakin pesat, dan Cinambo menjadi sebuah kelurahan yang terintegrasi dalam struktur administratif kota.

Masyarakat Cinambo memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Seiring berjalannya waktu, perkembangan kota Bandung semakin pesat, dan Cinambo menjadi sebuah kelurahan yang terintegrasi dalam struktur administratif kota. Hal ini tercermin dalam kegiatan seni dan budaya yang masih dilestarikan, seperti tarian, musik, dan kerajinan tradisional.

Dengan demikian, asal usul nama daerah Cinambo di Kota Bandung dapat ditelusuri hingga ke masa lalu yang kaya akan sejarah, geografi, dan budaya. Nama Cinambo menggambarkan letak geografisnya yang berhubungan dengan sungai-sungai  serta pengaruh perkembangan di kota Bandung itu sendiri. (Resh)Cinambo adalah sebuah kecamatan di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. 

Cinambo dibentuk dari Kecamatan Ujungberung berdasarkan PerDa No. 6 Th. 2006 yang diimplementasikan pada tanggal 22 Maret 2007. Saat ini Kecamatan Cidadap terdiri dari 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Cisaranten Wetan, Kelurahan Babakan Penghulu, Kelurahan Pakemitan, Kelurahan Sukamulya.

Penulis : Rian Permana