Gus Miftah dan Penjual Es: Tokoh Agama Gagal Menjadi Teladan

Figur agama di Indonesia, seperti habib, gus, dan kiai, memegang peran penting dalam masyarakat. Mereka bukan hanya pembawa pesan moral dan spiritual, tetapi juga dianggap sebagai panutan. Oleh karena itu, setiap tindakan dan ucapan mereka selalu diawasi oleh publik. Namun, penting untuk diingat bahwa mereka tetap manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Baru-baru ini, Gus Miftah Maulana Habiburrahman menjadi sorotan karena pernyataannya yang dianggap mengejek pedagang kecil. Meskipun dia mengklaim itu hanya candaan, respons publik sangat beragam.

Namun, kesempatan untuk melakukan kesalahan tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melupakan tanggung jawab moral dalam menjaga ucapan. Sebagai figur publik, pemimpin agama harus sangat berhati-hati dalam setiap ucapan mereka, karena dampaknya tidak hanya pada individu, tetapi juga pada persepsi publik terhadap agama. Kaidah fikih "mencegah keburukan lebih utama daripada menciptakan kebaikan" mengingatkan kita bahwa menjaga ucapan yang dapat menimbulkan kerusakan harus diutamakan daripada sekadar menyampaikan pesan, bahkan jika niatnya adalah humor. Dalam forum publik, seperti pengajian, figur agama harus memastikan bahwa candaan atau ucapan mereka tidak menyakiti atau merendahkan orang lain.

Respons masyarakat terhadap kesalahan figur agama mencerminkan tingkat kedewasaan sosial. Seringkali, masyarakat Indonesia cenderung memberikan respons ekstrem, antara memuja secara berlebihan atau menghukum secara tidak proporsional. Sikap seperti ini, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat menyebabkan perpecahan yang merugikan. Sebagai umat yang diajarkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran, kritik terhadap figur agama harus tetap disampaikan, tetapi dengan cara yang konstruktif dan penuh hormat. Kritik yang baik tidak hanya mengingatkan mereka untuk berhati-hati, tetapi juga membantu mereka memperbaiki diri agar dapat terus bermanfaat bagi masyarakat.

Di sisi lain, masyarakat juga harus mampu melihat kebaikan yang telah dilakukan oleh figur agama tersebut. Dalam kasus Gus Miftah, kontribusinya dalam mempromosikan toleransi, kerukunan antarumat beragama, dan dakwah yang inklusif tidak boleh diabaikan hanya karena satu kesalahan. Islam mengajarkan untuk menilai seseorang secara keseluruhan, bukan hanya dari satu tindakan atau ucapan yang keliru.

Kasus ini memberikan pelajaran penting bagi semua pihak. Bagi figur agama, ini adalah pengingat untuk selalu menjaga ucapan dan tindakan agar sesuai dengan nilai-nilai yang mereka ajarkan. Bagi masyarakat, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan sikap bijak dan proporsional dalam menanggapi kesalahan, tanpa mengabaikan kontribusi besar yang telah diberikan. Secara keseluruhan, kita belajar bahwa harmoni sosial hanya dapat terwujud jika semua pihak saling memahami dan memberikan ruang untuk memperbaiki diri. Dengan sikap saling menghormati ini, nilai-nilai kebaikan dalam agama akan tetap terjaga, dan figur agama dapat terus berperan sebagai pilar moral di tengah masyarakat.


Penulis : Tubagus Nursayid 



Pesona Situ Patenggang: Danau Cinta di Tengah Keindahan Alam Ciwidey

Di tengah hamparan kebun teh Rancabali yang hijau dan asri, Situ Patenggang berdiri sebagai salah satu ikon wisata alam Ciwidey. Danau ini tidak hanya menyuguhkan keindahan pemandangan, tetapi juga menawarkan pengalaman yang sarat akan cerita dan kedamaian. Dengan legenda romantis yang menyelimutinya, Situ Patenggang menjadi destinasi favorit bagi wisatawan yang ingin merasakan keindahan alam sekaligus kehangatan kisahnya.

Situ Patenggang, yang berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, memiliki suasana yang sejuk dengan suhu berkisar 15–20 derajat Celsius. Dikelilingi oleh pegunungan dan kebun teh, danau ini menawarkan panorama yang memukau. Airnya yang jernih berpadu dengan latar perbukitan hijau menciptakan suasana yang begitu menenangkan. Kabut tipis yang sering turun menambah kesan magis pada tempat ini, terutama di pagi hari.

Salah satu daya tarik utama Situ Patenggang adalah Batu Cinta, sebuah pulau kecil yang terletak di tengah danau. Menurut legenda setempat, Batu Cinta menjadi saksi bisu pertemuan kembali antara Ki Santang dan Dewi Rengganis, dua kekasih yang dipisahkan oleh takdir. Kisah ini menghidupkan suasana romantis di Situ Patenggang, menjadikannya lokasi favorit bagi pasangan yang ingin mengabadikan momen kebersamaan.

Untuk menikmati keindahan danau ini, pengunjung dapat menyewa perahu atau sepeda air yang tersedia. Berkeliling danau dengan perahu memberikan perspektif yang berbeda, memungkinkan wisatawan melihat lebih dekat pemandangan sekitar. Selama perjalanan, Anda akan disuguhkan pemandangan air tenang yang memantulkan bayangan langit dan bukit, menciptakan harmoni alam yang luar biasa.

 

Reporter : Shilvia Agustiani




Lestarikan Budaya,Pemuda Cibiru Gelar Kesenian Benjang

VOKALOKA,Bandung – Pemuda Kecamatan Cibiru menggelar acara kesenian Benjang pada Minggu (06/10/2024) di Lapangan Kampung Cibiru Wetan. Kegiatan ini bertujuan melestarikan budaya tradisional Sunda sekaligus memperkenalkan seni Benjang kepada generasi muda. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan warga yang antusias menyaksikan rangkaian pertunjukan.

Ketua panitia acara yaitu Asep, menjelaskan bahwa kegiatan ini diinisiasi oleh pemuda Cibiru untuk menjaga warisan budaya yang hampir terlupakan. "Kami ingin anak-anak muda mengenal Benjang dan mencintai budaya leluhur mereka. Dengan acara ini, kami berharap seni tradisional bisa terus hidup," katanya.

Benjang sendiri merupakan seni tradisional khas Sunda yang memadukan unsur olahraga, bela diri, dan seni tari. Dalam pertunjukannya, pemain Benjang diiringi alat musik tradisional seperti kendang, terompet, dan gong. Selama acara, para pemuda Cibiru menampilkan atraksi Benjang yang memukau, lengkap dengan musik pengiring khas Sunda.

Salah satu pengunjung, Ibu Tati, mengaku bangga melihat antusiasme pemuda dalam melestarikan budaya. "Sudah lama saya tidak melihat pertunjukan Benjang seperti ini. Senang sekali melihat anak muda sekarang mulai peduli terhadap budaya kita," ujarnya.

Selain pertunjukan, acara ini juga dimeriahkan dengan lokakarya alat musik tradisional dan dialog budaya bersama budayawan lokal. Dalam dialog tersebut, budayawan Suherman menjelaskan pentingnya regenerasi dalam seni tradisional. "Kalau tidak ada generasi penerus, Benjang bisa hilang. Maka, kita harus mengajarkan seni ini kepada anak-anak muda," katanya.

Camat Cibiru, turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap inisiatif para pemuda. "Kami bangga melihat semangat pemuda Cibiru dalam melestarikan budaya. Kegiatan seperti ini harus terus didukung, karena seni tradisional seperti Benjang adalah identitas kita," ucapnya.

Salah satu peserta lokakarya, Ridwan mengaku sangat terinspirasi setelah mengikuti acara ini. "Awalnya saya cuma penasaran, tapi setelah mencoba, saya jadi ingin belajar lebih dalam tentang Benjang. Ternyata seni ini punya banyak nilai kehidupan yang bisa kita pelajari," katanya.

Pemuda Cibiru berencana menjadikan acara ini sebagai agenda tahunan agar seni Benjang dapat terus dikenal dan dilestarikan. Mereka berharap upaya ini tidak hanya menghidupkan kembali seni tradisional, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal di kalangan generasi muda.

 

Reporter : Shilvia Agustiani




Pesona Wayang Windu: Hamparan Kebun Teh Luas di Pangalengan


Berlokasi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Wayang Windu Panenjoan menjadi salah satu destinasi wisata alam yang semakin populer di kalangan wisatawan. Dengan ketinggian mencapai 1.800 meter di atas permukaan laut, kawasan ini menyuguhkan hamparan kebun teh hijau yang membentang luas dengan udara yang sejuk dan segar. Lanskap perbukitan yang dikelilingi kabut tipis di pagi hari memberikan nuansa tenang dan memukau, menjadikannya tempat ideal untuk melepas penat dari hiruk-pikuk kota.

Salah satu daya tarik utama Wayang Windu adalah jembatan kayu panjang yang membelah kebun teh. Jembatan ini bukan hanya berfungsi sebagai jalur eksplorasi, tetapi juga menjadi spot favorit bagi para pengunjung untuk berfoto. Dari atas jembatan, wisatawan dapat menikmati panorama kebun teh yang membentang hingga ke horizon dengan latar pegunungan yang megah. Pada pagi hari, momen matahari terbit (sunrise) menjadi salah satu daya tarik utama, ketika sinar keemasan matahari menyapu kabut tipis dan menerangi daun teh yang masih basah oleh embun. Begitu juga di sore hari, pemandangan matahari terbenam (sunset) menambah kesan romantis dan syahdu bagi setiap pengunjung.

Selain menawarkan pemandangan indah, Wayang Windu juga cocok untuk berbagai aktivitas menarik. Jalur Wayang Windu Bike Park menjadikannya destinasi favorit bagi para pecinta sepeda gunung dan trekking. Jalur off-road yang menantang menyuguhkan pengalaman bersepeda di tengah udara sejuk dengan lanskap kebun teh sebagai latar utamanya. Tidak hanya itu, kawasan ini juga ideal untuk piknik santai bersama keluarga atau teman-teman, di mana pengunjung bisa menikmati makanan ringan sambil bersantai di gazebo atau area terbuka.

Untuk kenyamanan pengunjung, Wayang Windu dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti area parkir yang luas, toilet umum, mushola, dan warung makan. Berbagai makanan dan minuman hangat seperti teh dan kopi lokal dapat dinikmati sambil memandangi keindahan kebun teh. Lokasinya yang berada di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, dapat ditempuh dalam waktu 2-3 jam dari Kota Bandung dengan kendaraan pribadi. Jika tidak membawa kendaraan, pengunjung bisa memanfaatkan angkutan umum atau ojek lokal yang tersedia di kawasan Pangalengan.

Bagi Anda yang ingin berkunjung, sebaiknya datang lebih pagi untuk menikmati suasana yang masih sunyi serta udara yang lebih segar. Kenakan pakaian hangat karena suhu di Wayang Windu cukup dingin, terutama di pagi dan sore hari. Jangan lupa membawa kamera atau ponsel untuk mengabadikan momen di setiap sudut kebun teh yang instagramable. Pastikan juga untuk menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Dengan kombinasi pemandangan kebun teh yang memukau, suasana pegunungan yang menenangkan, serta berbagai aktivitas seru yang bisa dilakukan, Wayang Windu Panenjoan menjadi destinasi wisata alam yang wajib dikunjungi. Pesona keindahannya akan memberikan pengalaman liburan yang menyegarkan dan tak terlupakan, baik bagi para pecinta alam maupun wisatawan yang sekadar ingin bersantai. Jadi, tunggu apa lagi? Ajak keluarga atau teman-teman Anda dan nikmati kesejukan serta keindahan Wayang Windu Pangalengan! 

Penulis: Reyditha Amelia

Pohon Tumbang Akibat Derasnya Hujan dan Angin Kencang

VOKALOKA.COM, Bandung – Musim hujan disertai dengan angin kencang menyebabkan sejumlah kejadian yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah insiden pohon tumbang di Kelurahan Cipadung Wetan pada hari Minggu (01/12/2024). Kelurahan Cipadung Wetan kerahkan pasukan Gober (Gorong-gorong dan Kebersihan) untuk membersihkan pohon yang tumbang. 

Karsa, salah satu petugas gober yang ikut membantu membersihkan pohon yang tumbang, menjelaskan bahwa pohon tersebut tumbang pada hari Minggu sore saat hujan deras disertai angin kencang melanda. "Ya, ini kejadiannya kemarin sore. Kemarin kan hujan deras terus anginnya kencang tuh, jadi deh pohon ini tumbang," ujar Karsa.

Insiden ini sempat mengganggu akses jalan warga setempat sebelum ditangani oleh tim pasukan Gober. Karsa menambahkan bahwa timnya langsung dikerahkan ke lokasi setelah menerima laporan dari warga. "Kami langsung datang setelah dapat laporan. Pohon yang tumbang cukup besar, jadi butuh waktu untuk memotong dan membersihkannya agar jalan kembali normal," jelasnya.

Sementara itu, Toto yang juga tergabung dalam tim Gober, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem seperti ini menjadi perhatian serius. "Ini bukan kejadian pertama. Kami mengimbau warga untuk tetap waspada, terutama terhadap pohon-pohon besar yang sudah tua atau berpotensi tumbang," katanya.

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Hingga berita ini ditulis, akses jalan sudah kembali normal berkat kerja cepat dari pasukan Gober Kelurahan Cipadung Wetan.

Reporter: Rizki Herdiansyah