Surabi Kedoel: Tempat Nongkrong dengan Cita Rasa Tradisional

Di tengah maraknya kafe-kafe modern yang menyajikan minuman kekinian dan makanan luar negeri, Surabi Kedoel hadir dengan konsep unik yang membawa pengunjung kembali pada kehangatan kuliner khas Indonesia. Surabi Kedoel menjadi daya tarik bagi para pecinta kuliner tradisional yang rindu akan cita rasa asli serabi, hidangan khas yang sudah dikenal sejak dulu. Kafe ini terletak di Jalan Pertamina No. 1, Kelurahan Cipadung Wetan.

Serabi adalah kuliner tradisional Indonesia yang populer, terutama di daerah Jawa Barat. Hidangan ini dibuat dari campuran tepung beras dan santan yang dimasak di atas tungku tanah liat dengan bara api dari arang. Proses memasak yang unik ini memberikan serabi cita rasa khas, dengan tekstur lembut dan sedikit renyah di bagian pinggirnya.

Surabi Kedoel berhasil mengemas jajanan rakyat ini dalam sentuhan modern tanpa menghilangkan keasliannya. Dengan beragam varian rasa, mulai dari serabi klasik dengan topping kelapa dan gula merah hingga kreasi unik seperti serabi dengan taburan coklat, keju, bahkan matcha, Surabi Kedoel memberikan pengalaman kuliner yang menggugah selera. Setiap gigitan membawa kita pada rasa khas tradisional yang berpadu dengan suasana kafe yang nyaman dan kekinian.

Selain menu surabi yang beragam, kafe ini juga menawarkan interior yang kental dengan nuansa vintage Indonesia, lengkap dengan ornamen-ornamen lukisan  yang membawa kita pada suasana kesenian. Ini menjadikan Surabi Kedoel bukan hanya tempat makan, tetapi juga ruang penuh inspirasi yang asyik untuk nongkrong atau sekadar berbincang santai.

Surabi Kedoel merupakan pilihan tepat bagi siapa saja yang mencari kelezatan khas lokal dalam balutan konsep modern. Di sini, kelezatan masa lalu dipadukan dengan kenyamanan masa kini, menjadikannya tempat yang sempurna untuk berbagi cerita dan menciptakan kenangan baru.

Reporter: Yunus

Kisah Hidup Enie, Pelopor Kreativitas di Kampung Mandiri Rastik

Enie Mu'alifah seorang pengrajin barang-barang antik yang sebagian besar berbahan barang bekas, merupakan salah satu warga Kelurahan Cipadung Kulon. Enie dikenal memiliki jiwa seni tinggi, di Kampung Rastik (Barang bekas antik) dia lebih dikenal dengan sebutan jeng. Panggilan tersebut sesuai dengan asal daerahnya, Surabaya. Wanita kelahiran 7 Februari 1973 ini telah merantau ke Bandung sejak tahun 1995.

Sedikit yang tahu pengalaman hidup Enie, sejak merantau meninggalkan Kampung halaman. Enie lulusan SMA pernah bekerja terlebih dahulu di pelayaran selama satu tahun di bagian ekspor impor, kemudian bekerja di Garmen. Setelah menikah, dia berhenti bekerja dan fokus kembali pada kreativitasnya.

"Sebelum buat barang antik, awalnya saya bikin kue dulu, sering ikutan pelatihan dekorasi kue, terus berakhir ke kaos, saya lukis kaosnya, terakhir baru barang-barang antik, ya sekitar sebelum tahun 2010," Jelas Enie.

Sebenarnya kreativitas Enie sudah mulai tumbuh sejak kecil. Dia menuturkan bahwa ketika kecil masih duduk di bangku SD sudah pernah membuat boneka dari kayu. Naik ke SMP membuat hiasan di tembok, membuat dekorasi dengan kain samping. Namun, ketika berada di SMA dia beralih suka pidato. Meskipun demikian, jiwa seni Enie tetap menancap kuat.

Banyak karya yang dihasilkan Enie dari barang bekas diantaranya membuat lilin aromaterapi dari minyak jelantah, membuat kostum dengan yang terbuat dari limbah sepatu, karung yang dilukis hingga menggunakan kulit bawang yang dipadukan dengan rok trasbag. Selain itu, dia juga membuat dekorasi panggung acara sekolah atau lainnya, baik disewakan atau dijual.

Tidak pernah terpikirkan orang lain, membuat kalung dari tempe, koran dan serabut fiber pun menjadi barang cantik di tangan Enie. Bahkan, Enie pernah membuat burung garuda yang berada tidak jauh dari pintu masuk Kampung Rastik, hingga sekarang karyanya masih ada meskipun sudah rusak di beberapa bagian. Adapun bahannya dia dapatkan kadang dari warga sekitar, pengepul, atau kadang beli untuk barang-barang antik tertentu.

Enie mengungkapkan bahwa dia melakukan ini karena memang cinta berkreasi. "Ya karena suka, cinta, saya itu kalau melihat sesuatu indah, kayak lihat lumut gede di sungai yang abu-abu itu, ya indah," Jelas Enie.

Enie mengaku belum menemukan komunitas yang fokus mengelola barang antik dari barang bekas. Dia juga menceritakan belum pernah ikut pelatihan terkait mengelola barang antik. Enie mengaku belajar otodidak dalam mengasah kreativitasnya. Dia menceritakan, biasanya menghabiskan malam untuk menggambar, mengukir dan lainnya hingga sering tidur jam 3 atau jam 4.

Keuletan Enie membuat barang antik memberi pengaruh pada lingkungannya. Mulanya Rastik berdiri sendiri, kemudian ketika dia bergabung dengan PKK Pokja 2 yang fokus pada keterampilan, Rastik mulai didukung oleh Kelurahan Cipadung Kulon. Akhirnya, Kampung tempat tinggal Enie diberi nama Kampung Mandiri Rastik. Di Kampung ini, Enie sebagai pelopor kreativitas memberikan pelatihan kepada warga untuk menghasilkan barang antik.

Pemandangan unik dari Kampung Mandiri Rastik yaitu setiap nomor rumah berasal dari panci, wajan dan alat lainnya yang dilukis dengan warna cerah. Disayangkan, Rastik belum maksimal masuk ke media sosial sehingga belum banyak dikenal. Karena yang bergabung di Rastik kebanyakan ibu rumah tangga serta kurangnya peran anak muda. Meskipun demikian, Kampung Mandiri Rastik pernah meraih juara 1 Kampung kreatif Kota Bandung. Pada tahun 2018 juga kampung ini pernah masuk juara Nasional.

Reporter : Siti Riyani Novrianti

Kebakaran Alang-Alang Landa Cisurupan, Asap Tebal Selimuti Langit Bandung Timur

VOKALOKA.COM, Bandung – Kejadian kebakaran kembali mengguncang Kota Bandung, pada Ahad (20/10/2024). Kali ini, peristiwa tersebut terjadi di kawasan Jalan Cilengkrang 1, Kelurahan Cisurupan, Kecamatan Cibiru, sekitar pukul 13.17 WIB. Sebuah lahan kosong yang ditumbuhi alang-alang kering terbakar hebat, mengakibatkan kepulan asap tebal membumbung tinggi ke langit dan menyelimuti kawasan Bandung Timur.

Ketika mendapat laporan dari warga, petugas pemadam kebakaran langsung meluncur ke lokasi kejadian. Setibanya di lokasi, petugas mendapati api telah membesar dan membakar lahan kosong. Tim pemadam kebakaran dengan sigap mengerahkan beberapa unit mobil pemadam kebakaran dan personel untuk melakukan upaya pemadaman.

"Api cukup sulit dipadamkan karena tiupan angin yang kencang dan kondisi lahan yang kering," ujar Heri, Kepala Seksi Operasi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung.

Setelah berjibaku selama kurang lebih 40 menit, petugas akhirnya berhasil menjinakkan si jago merah. Proses pendinginan dilakukan untuk memastikan api benar-benar padam dan tidak muncul kembali.

Heri mengaku, hingga saat ini, penyebab pasti kebakaran lahan kosong tersebut masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Beberapa kemungkinan penyebab yang sedang diteliti kemungkinan antara lain puntung rokok yang dibuang sembarangan atau pembakaran sampah secara tidak hati-hati.

Selain mengakibatkan kerugian materi akibat lahan yang terbakar, peristiwa ini juga berdampak pada kualitas udara di sekitar lokasi kejadian. Asap tebal yang membumbung tinggi menyebabkan gangguan pernapasan bagi warga sekitar, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit pernapasan.

Menyikapi kejadian ini, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih waspada. Berhati-hati terhadap potensi kebakaran, terutama di musim kemarau seperti saat ini.


Reporter: Salsabila Amani Sa'diyah



Hari Pertama Pelatihan Pastry: Warga Cipadung Kidul Antusias Belajar Buat Kue

VOKALOKA.COM, Bandung - Suasana penuh semangat dan antusiasme menyelimuti aula Kelurahan Cipadung Kidul pada hari Kamis (03/10/2024). Hal ini dikarenakan diselenggarakannya pembukaan dan hari pertama pelatihan pastry yang diikuti oleh 20 warga dari Kelurahan Cipadung Kidul.

Pelatihan yang digelar selama tujuh hari ke depan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan warga dalam membuat berbagai jenis kue. Pada hari pertama, peserta terlihat sangat antusias mengikuti setiap tahap pembuatan fudgy brownies yang dipandu oleh Laras,  instruktur berpengalaman dalam pelatihan ini.

"Semangat karena masih ada enam hari lagi yang harus diikuti, harus full kan? Seru juga!" ujar Lidia peserta dari RW 09.

Teknis pelatihannya yaitu peserta dibagi menjadi 4 kelompok, dengan masing-masing kelompok yang beranggotakan 5 orang untuk bekerja sama membuat kue. Selama pelatihan, peserta tidak hanya diajarkan teknik dasar pembuatan kue, tetapi juga diberikan pengetahuan tentang pemilihan bahan baku yang berkualitas dan cara menghias kue agar terlihat menarik.

Andri Darusman, M.Si., selaku Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung, berharap melalui pelatihan ini, warga Kelurahan Cipadung Kidul dapat mengembangkan potensi diri mereka di bidang kuliner. Dengan begitu, mereka dapat membuka peluang usaha baru.

Reporter: Salma Rahadatul Aisy

Guna Cegah Penumpukan Sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung Perintahkan Seluruh Kelurahan untuk Budidayakan Maggot

VOKALOKA.COM, Bandung - TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sarimukti, Kelurahan Babakan Penghulu, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, kini sudah mulai overload. Sehingga, DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Bandung memerintahkan 151 kelurahan yang berada di Kota Bandung untuk segera membudidayakan maggot yang berasal dari lalat BSF (Black Soldier Fly) sebagai bentuk penanganan sampah organik, sebagai upaya pengurangan beban tampung TPA Sarimukti, pada Senin (21/10/2024).

Setiap warga harus memisahkan antara sampah organik berupa makanan, sayuran, dan buah-buahan, serta sampah non-organik berupa plastik, kaleng, dan karet. Karena Dinas Lingkungan Hidup hanya mengangkut sampah non-organik, maka apabila terdapat warga yang masih menggabungkan sampah organik dan non-organik, Dinas Lingkungan Hidup tidak akan mengangkut sampah tersebut. Dinas Lingkungan Hidup meminta setiap kelurahan yang berada di Kota Bandung untuk mengumpulkan sampah sebanyak 300 kg/hari. Namun,  nyatanya belum semua kelurahan dapat mengumpulkan sampah sebanyak itu, dikarenakan belum semua warga terbiasa memisahkan sampah organik dan non-organik.

Kegiatan budidaya maggot ini sudah dimulai pada bulan Januari 2024. Namun, diantara 151 kelurahan yang berada di Kota Bandung, ada sebagian kelurahan yang belum efektif dalam budidaya maggot ini. Namun, Kelurahan Babakan Penghulu ini sudah membudidayakan maggot, bahkan dinobatkan sebagai juara 3 budidaya maggot oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung saat mereka mengunjungi masing-masing kelurahan yang berada di Kota Bandung.

"Alhamdulillah kang kita dapet tempat budidaya maggot cukup luas disini, dan bisa ngelola magot dengan baik. Semua kita manfaatin, kang, mulai dari pupa bekas maggot kami giling, kemudian dijadikan pakan untuk ayam petelur. Terus dari sisa pakan si maggotnya kita jadiin pupuk kang. Ada yang kami buat halus, ada yang di buat kasar. Kadang ada juga yang beli kesini kang, tapi kalau warga sekitar mah kami kasih aja, karena kan Kami juga dapet dari SOD mereka," ucap Isep Sarif selaku pengelola maggot Kelurahan Babakan Penghulu.

Dalam pemberian pakan, Kelurahan Babakan Penghulu tidak langsung memberikan SOD (Sampah Organik Dapur) kepada maggot. Namun, para pengelola akan memfermentasi SOD terlebih dahulu selama 2-3 hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembusukan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Ketika sudah terfermentasi, SOD tersebut diberikan kepada maggot sebanyak dua hari sekali.

" Kalo enggak difermentasi teh baunya ganggu banget kang, kalo di fermentasi gini mah jadinya aroma-aroma tape gtu. Jadi, mengurangi pembusukan yang bisa ganggu lingkungan warga," ucap Dedi selaku pengelola maggot di Kelurahan Babakan Penghulu. Dedi juga berharap semoga permasalahan sampah di Kota Bandung segera terselesaikan.

Reporter: Rifqi Muhammad Rofiqi