Kopi Manglayang Go Publik Melalui Inovasi Masyarakat Lokal


VOKALOKA.COM, Bandung -  Sebuah café di kawasan Manglayang menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta kopi dan anak muda. Terletak di kaki Gunung Manglayang, café ini tidak hanya menyajikan konsep kopi buku dikatenakan terdapat market mahasiswa  tetapi juga memperkenalkan kopi lokal berkualitas tinggi.  

Kopi Manglayang, yang dihasilkan dari perkebunan sekitar, memiliki cita rasa unik dengan aroma floral dan aftertaste. Keberadaan café ini seolah menggabungkan dua elemen favorit masyarakat, kopi dan wisata alam menjadikannya destinasi yang ramai dikunjungi, terutama di akhir pekan.  

"Kami ingin memperkenalkan kopi Manglayang ke masyarakat lebih luas. Dengan suasana pegunungan yang asri, pengunjung bisa menikmati pengalaman minum kopi yang berbeda," ujar pemilik café.  

Pengunjung tidak hanya datang untuk mencicipi kopi, tetapi juga untuk menikmati suasana nyaman dengan konsep terbuka. Café ini memiliki area outdoor dengan tempat duduk yang menghadap langsung ke pemandangan hutan pinus dan Gunung Manglayang, menciptakan atmosfer relaksasi yang sempurna. Seorang pengunjung, Fadil Mutaqien, mengaku terkesan dengan pengalaman yang ia dapatkan. "Kopinya enak banget, rasanya beda dibandingkan kopi komersial lainnya. Ditambah lagi, tempatnya keren, cocok buat nugas," ujarnya.  

Café ini juga mendukung produk lokal dengan menggunakan biji kopi dari petani di sekitar Manglayang. Dengan semakin populernya tempat ini, café tersebut berencana mengadakan kegiatan rutin seperti workshop brewing dan tur edukasi ke perkebunan kopi. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang potensi kopi lokal sekaligus mendukung ekonomi masyarakat sekitar.  

Café di kaki Gunung Manglayang kini bukan hanya menjadi tempat nongkrong, tetapi juga simbol pemberdayaan komunitas dan promosi kopi khas lokal. Pesona alam yang dipadukan dengan kenikmatan kopi otentik menjadikannya pengalaman baru untuk pecinta kopi daerah Bandung dan sekitarnya. Ke depan, café ini juga berencana memperluas konsep ekowisata dengan menghadirkan aktivitas lain, seperti camping ground dan trekking ringan ke area hutan sekitar. Pengunjung dapat menikmati pengalaman menyatu dengan alam sekaligus belajar lebih dalam tentang proses pengolahan kopi, mulai dari pemetikan hingga penyeduhan. 

"Kami ingin café ini lebih dari sekadar tempat ngopi. Kami ingin mengajak orang-orang menikmati alam dengan lebih sadar dan menghargai setiap cangkir kopi yang mereka minum," jelas pengelola café.  

Selain itu, café ini juga menggandeng komunitas kreatif lokal untuk mengadakan acara rutin seperti pasar seni, pameran fotografi, dan pertunjukan musik akustik. Dengan cara ini, café berperan aktif dalam mendukung pelaku seni dan budaya setempat.  

Bagi warga Bandung dan sekitarnya, café di Manglayang ini telah menjadi tempat favorit untuk berkumpul dan melepas penat dari rutinitas kota. Banyak pengunjung datang tidak hanya untuk menikmati kopi, tetapi juga menjadikan tempat ini spot ideal untuk bekerja (work from café) atau sekadar bersantai sambil menikmati udara sejuk pegunungan.  

"Kopinya nikmat, suasananya tenang, dan ada Wi-Fi juga. Jadi, betah nongkrong lama-lama di sini," ungkap Zufi, seorang pekerja lepas yang kerap menjadikan café ini sebagai tempat bekerja.  

Dengan strategi yang menggabungkan kopi berkualitas, keindahan alam, dan kegiatan komunitas, café ini berhasil membangun ekosistem wisata berkelanjutan. Café tersebut kini menjadi bukti bahwa bisnis kuliner yang berpadu dengan potensi alam lokal dapat menarik minat pengunjung sekaligus memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.


Reporter: Umar Biliqoillah





Keren! Pemuda Cibiru Hilir Berhasil Raih Beasiswa dan Jadi Asisten Dosen

VOCALOKA.COM, Bandung- Muhammad ihsan merupakan salah seorang tokoh inspiratif yang berhasil menyelesaikan S2nya dan menjadi seorang asisten dosen. Muhammad Ihsan lahir di Tasikmalaya pada 4 Desember 1996, ia adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Sodikin dan Almh. Tuti Sutiamah. Kini ia bertempat tinggal di daerah Cibiru Hilir tepatnya di Masjid jami Syahida, karena ia merupakan salah satu pengurus di Majid tersebut. 

Sedari dulu, ia menyukai Matematika, bahkan ia berhasil menjuarai beberapa perlombaan. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan tetapi ketika duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar, ibunya wafat.

Kemudian usaha yang dibangun keluarganya pun perlahan gulung tikar. Tetapi dengan semangat yang tinggi ia tetap ingin bersekolah, jadi dia bersekolah sambil berkerja. Dia selesai bekerja setelah magrib, apabila lembur bisa sampai jam 10/11 malam. Seusai bekerja ia masih menyempatkan dirinya untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade. Dikarenakan kekurangan biaya jadi ia harus otodidak tanpa mengikuti kursus yang diselenggarakan sekolah dalam rangka olimpiade.

"Tetapi semangat itu memudar ketika saya duduk di bangku kelas 8, saya meminta kepada bapak dan kakak-kakak saya untuk berhenti sekolah dan fokus kerja dan memperbaiki perekonomian keluarga," ungkapnya. permintaan itu tidak disetujui baik oleh bapak maupun oleh kakak-kakaknya. Akhirnya dia kembali bersemangat sekolah setelah diberikan beberapa nasihat oleh bapak dan kakaknya.

Ketika sampai di jenjang SMA dia melanjutkan sekolahnya di sebuah Pesantren yang ada di Tasikmalaya. Disana dia mulai menyukai kajian-kajian islami dan mulai menghafal Al-Qur'an. Setelah lulus, ia melanjutkan kuliah tetapi karena perekonomian kian memburuk. 

Dia disarankan oleh kyai yang ada di pesantren tersebut untuk tetap meneruskan pendidikan. Urusan uang semester ditanggung oleh kyai tersebut, akan tetapi sebelumnya dia disuruh mencari masjid terlebih dahulu. Dia berangkat dari Tasikmalaya ke Bandung menggunakan truk. Dia sempat tinggal di beberapa masjid sebelum akhirnya menemukan tempat tinggal tetap di Masjid Jami Syahida.

Pada saat itu, ia mendapatkan beasiswa LPDP serta beasiswa PTQ for leaders. Dia mulai mengajar di tempat terpencil dan aktif dalam mengurus urusan masjid. Selain itu, dia juga memiliki beberapa jadwal dakwah di beberapa Masjid sekitar Cibiru. Sampai akhirnya, dia berhasil mendapat kesempatan melanjutkan S2 dengan beasiswa juga dan menjadi asisten dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Reporter : Siti Allawiah

Penguatan KBR di Pasanggrahan, Kasi Ekbang Kecamatan dan Kelurahan Hadiri Pelatihan

VOKALOKA.COM, Bandung - Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Kasi Ekbang) Kecamatan Ujungberung dan Kasi Ekbang Kelurahan Pasanggrahan menghadiri acara pelatihan penguatan kelompok Kampung Bersih Rentenir (KBR) di RW 11 Kelurahan Pasanggrahan, pada hari Kamis (10/10/2024). Pelatihan ini diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UKM (Diskop) serta Satgas Anti Rentenir.

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan anggota KBR dalam mengelola keuangan serta mencegah praktik rentenir di wilayah mereka. Para peserta pelatihan mendapatkan materi tentang literasi keuangan, pengelolaan usaha mikro dan strategi pencegahan rentenir.

"Kami sangat mendukung program KBR. Melalui pelatihan ini, diharapkan anggota KBR dapat lebih memahami tentang pengelolaan keuangan yang sehat dan terhindar dari jeratan rentenir," ujar Kasi Ekbang Kecamatan Ujungberung.

Kasi Ekbang Kelurahan Pasanggrahan juga menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya pelatihan ini. Dia menaruh harapan dengan adanya program ini akan membawa manfaat yang nyata di masyarakat sekitar. "Kami berharap pelatihan ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat di RW 11," ungkapnya.

Acara pelatihan ini berlangsung dengan antusiasme tinggi dari para peserta. Mereka aktif bertanya dan berdiskusi dengan para narasumber. Diharapkan, dengan adanya pelatihan ini, KBR di RW 11 Kelurahan Pasanggrahan dapat semakin kuat dan berperan aktif dalam memberantas praktik rentenir di wilayah mereka.

Reporter: Sutiya Sukmawati Ramli

Jawa Barat Berhasil Raih Peringkat Kedua di Peparnas XVII/2024

VOKALOKA.com, Solo – Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII/2024 resmi berakhir pada Minggu, (13/10/2024) di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah. Jawa Tengah berhasil keluar sebagai juara umum dengan mengumpulkan total 406 medali, terdiri dari 161 medali emas, 121 perak, dan 124 perunggu. Sementara itu, Jawa Barat menduduki peringkat kedua dengan perolehan 354 medali, yang terdiri dari 120 emas, 116 perak, dan 118 perunggu. Posisi ketiga ditempati oleh DKI Jakarta dengan raihan 104 medali, terdiri dari 39 emas, 29 perak, dan 36 perunggu.

Peparnas XVII/2024 menjadi ajang bergengsi yang penuh persaingan antar provinsi di Indonesia. Kepala Bidang Pembinaan Prestasi National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Jawa Barat, Iman Imanudin, menyampaikan bahwa untuk mencapai target juara umum, pihaknya menargetkan minimal 114 medali emas. "Kami menargetkan perolehan 114 medali emas. Untuk mencapai target tersebut, 32 medali emas harus dijaga ketat, khususnya dari kategori tunanetra. Jika jumlah medali emas dari tunanetra ditambahkan, maka totalnya menjadi 146 medali emas," ujarnya, dilansir dari RRI.co.id.

Meskipun tidak berhasil meraih gelar juara umum, Jawa Barat menunjukkan prestasi yang membanggakan dengan meraih 120 medali emas. Capaian ini mencerminkan usaha keras dan komitmen para atlet serta dukungan dari seluruh pihak terkait. Iman Imanudin mengapresiasi perjuangan para atlet yang terus berusaha maksimal, meskipun persaingan dengan kontingen lain sangat ketat, terutama dengan Jawa Tengah yang tampil lebih dominan.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, turut memberikan penghargaan dan ucapan selamat kepada para pemenang dalam upacara penutupan. "Tentu kita semua juga bangga pada Jawa Tengah yang berhasil menjadi juara umum dalam Pekan Paralimpiade Nasional ke-17. Sebuah pencapaian yang lahir dari kerja keras dan semangat pantang menyerah. Juga kepada Jawa Barat yang berhasil duduk di peringkat kedua dan DKI Jakarta sebagai peringkat ketiga," ucap Dito.

Lebih lanjut, Menpora Dito mengungkapkan apresiasinya kepada seluruh atlet yang telah berpartisipasi, baik yang berhasil meraih medali maupun yang belum. "Atas nama Presiden, saya ingin mengucapkan selamat kepada semua atlet yang telah meraih medali dan memecah rekor. Bagi mereka yang belum, jangan pernah berkecil hati. Kalian adalah para juara yang telah memberi pelajaran bahwa keberanian dan usaha keras adalah pencapaian terbesar," katanya dilansir dari ANTARAJABAR. Penutupan Peparnas XVII/2024 ini menandai akhir dari perhelatan olahraga paralimpiade terbesar di Indonesia, yang sekaligus menjadi ajang unjuk kemampuan dan prestasi bagi atlet-atlet disabilitas dari seluruh provinsi.

Reporter: Reyditha Amelia

Coffee Garden Pondok Citarum: Wujudkan Ketahanan Pangan dengan Cita Rasa Lokal

VOKALOKA.COM, Bandung - Di sebuah sudut Desa Cimekar, tepatnya di Jl. Cisitu No.64, berdiri sebuah coffee shop yang unik bernama Pondok Citarum Coffee Garden. Didirikan pada tahun 2018 oleh Kolonel Epi Gustiawan. Coffee Garden Pondok Citarum telah menjadi tempat favorit bagi masyarakat lokal. Dengan logo Siliwangi yang mencolok, kedai ini mewakili program ketahanan pangan yang digagas oleh TNI.

Sebelum dikenal sebagai Pondok Citarum Coffee Garden, lahan ini digunakan untuk kegiatan sosialisasi ketahanan pangan bagi masyarakat setempat. Melalui program TNI, Kolonel Epi bersama timnya menjadikan lahan tersebut sebagai tempat perkebunan untuk mendukung ketahanan pangan, menanam pohon jati, lemon dan berbagai buah-buahan lainnya. Selain itu, lahan ini juga dimanfaatkan untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya swasembada pangan melalui perkebunan dan peternakan sederhana.

Kolonel Epi menjelaskan, "Kami ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya ketahanan pangan melalui kebun-kebun yang kami kelola." Konsep ini diterapkan dengan menanam berbagai jenis tanaman, seperti jati dan lemon, sebagai bagian dari upaya sosialisasi kepada masyarakat.

Coffee Garden buka setiap hari dari pukul 11.00 WIB hingga 22.00 WIB. Kedai ini ramai dikunjungi terutama pada akhir pekan. Mayoritas pengunjung adalah warga lokal, meskipun demikian kedai ini memiliki pelayanan yang baik dan suasana indah, menjadikan tempat ini sangat menarik.

Harga yang ditawarkan pun sangat bersahabat, dengan minuman mulai dari Rp15.000 hingga Rp20.000, serta makanan antara Rp12.000 hingga Rp35.000. Hal ini menjadikan Coffee Garden pilihan tepat bagi mereka yang ingin bersantai tanpa menguras kantong.

Seorang pengunjung menyatakan,"Suasana di Coffee Garden sangat nyaman, dan harganya terjangkau." Dengan berbagai keunggulan ini, Coffee Garden Pondok Citarum bukan hanya sekedar tempat ngopi, melainkan juga wadah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan di tengah masyarakat.

Dengan hanya empat orang pegawai, Coffee Garden Pondok Citarum tetap mampu memberikan pelayanan yang memuaskan. Program ketahanan pangan yang berlangsung dari tahun 2018 hingga 2022 telah memberikan dampak positif, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertanian lokal. Dengan visi yang kuat dan misi sosial, Coffee Garden Pondok Citarum bukan hanya sekedar tempat ngopi, tetapi juga ruang untuk menumbuhkan kesadaran akan ketahanan pangan di kalangan masyarakat.

Reporter : Tania Trihana