VOKALOKA.COM, Bandung - Kelurahan Cipadung Kulon dibawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bersinergi untuk menguraikan sampah organik basah dengan maggot. Koordinator Pengelola Rumah Maggot Ajum Sutisna bersama lima rekannya, mengelola sampah basah dengan budidaya magot di lahan yang cukup luas, tepatnya di Kampung Warbon Institute RW. 10, Kompleks Panghegar, Rabu (25/09/2024).
"Program ini dari DLH, kemudian turun ke kelurahan, dari kelurahan ke RW, terakhir ke RT untuk dilakukan penyuluhan terkait memilah sampah, tepatnya sesudah ada ledakan sampah di Sarimukti", jelas Ajum.
Pengelolaan ini rutin dilakukan setiap hari dan sudah berlangsung selama 1,5 tahun. Target sampah yang masuk setiap hari adalah 1 ton untuk mengisi 1000 wadah. Adapun sampah organik basah berupa sisa makanan, berasal dari warga kelurahan Cipadung Kulon dan sebuah Hotel di Baleendah. Program ini dilakukan untuk mengurangi beban sampah pemerintah mengingat Kota Bandung darurat sampah.
"Dimana ada rumah, disana ada orang, dimana ada orang pasti ada sampah, ya solusinya seperti ini, untuk mengurangi beban sampah pemerintah", terang Ajum.
Maggot sendiri merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang berwarna hitam dengan panjang 15-20 mm. Siklus hidup maggot yaitu telur, baby maggot, fresh maggot, maggot dewasa, pupa maggot, berubah menjadi BSF. Kemudian BSF dimasukkan ke dalam insecterium, disana BSF kawin dan menghasilkan telur yang nanti menjadi maggot kembali. Perkembangan maggot dari telur ke tahap lain hingga pupa dengan diberi sisa makanan.
Kegunaan maggot banyak diantaranya maggot dewasa bisa digunakan untuk pakan ayam, ikan dan bebek. Karena Maggot memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Sedangkan cangkang pupa maggot dan sisa makanan maggot (kasgot) bisa digunakan untuk pupuk tanaman.
Ajum mengatakan bahwa warga kelurahan Cipadung Kulon boleh mengambil maggot besar untuk pakan ayam, ikan. Boleh juga mengambil pupuk yang berasal dari pupa maggot maupun kasgot untuk pupuk tanaman, jika mereka mau.
Reporter : Siti Riyani Novrianti