Showing posts with label Vokaopini. Show all posts
Showing posts with label Vokaopini. Show all posts

Belajar dari Kasus Viral Penjual Es

Baru-baru ini, viral sebuah video yang memperlihatkan  Gus Miftah melontarkan kata-kata kasar ke seorang pedagang es teh di tengah acara pengajian di Magelang. Video ini langsung tersebar di media sosial dan  memicu kemarahan netizen hingga akhirnya tuai kecaman dari berbagai lapisan masyarakat. 

Pihak dari Gus Miftah memberikan klarifikasi bahwa itu sekedar guyonan, gaya dakwah Gus Miftah. Namun, netizen tetap geram karena guyonan tersebut tidaklah pantas dilontarkan oleh seorang penceramah sekaligus tokoh publik yang berada di jajaran Kepresidenan. Netizen menilai guyonan itu sangat menyakiti perasaan pedagang. Netizen juga merasa iba melihat raut wajah pedagang tersebut yang tampak datar saat diolok, terlebih orang yang berada di panggung tersebut juga tertawa terbahak-bahak. 

Dari kejadian ini, kita bisa belajar pentingnya menjaga lisan, menjaga adab dalam bercanda. Jangan sampai candaan atau guyonan tersebut menyakiti perasaan orang lain, bahkan mempermalukannya. Menjaga adab sangatlah penting, karena adab bisa menutupi sedikitnya ilmu. Tetapi, jika tidak memiliki adab maka sebanyak apapun ilmu dipandang nol besar.
 
Kita juga bisa belajar kesabaran dan ketegaran dari sosok Sunhaji, pedagang es teh. Diketahui, sebelumnya Sunhaji bekerja di pemotongan kayu, tapi karena tangannya cidera akhirnya dia memutuskan berjualan minuman. Melalui percakapan video call Sunhaji dengan seorang selebgram, dia mengatakan merasakan kecewa dan sakit hati ketika mendapatkan olokan tersebut, niat mencari nafkah untuk istri dan anak tapi malah mendapatkan ucapan kasar. Meskipun demikian, atas kebesaran hati Sunhaji, dia sudah memaafkan kejadian tersebut. 

Setelah video ini viral, rumah Sunhaji juga banyak mendapat kunjungan dari orang-orang yang peduli dan ingin memberikan bantuan, bahkan mendapat tawaran umroh gratis. Dari sini kita bisa mengambil hikmah, bisa jadi titik terendah dalam hidup seseorang menjadi titik balik keadaannya lebih baik. 

Perlu diketahui, Gus Miftah sudah menyampaikan permintaan maaf atas kejadian tersebut yang mungkin membuat gaduh masyarakat. Dia juga langsung mendatangi rumah Sunhaji, pedagang es teh untuk meminta maaf. 

Penulis : Siti Riyani Novrianti

Mengapa Adab Lebih Tinggi Dari Ilmu?

Beberapa waktu terakhir, publik Indonesia dikejutkan oleh pernyataan kasar dan merendahkan yang dilontarkan oleh pemuka agama. Pernyataan yang seharusnya mengedepankan kasih sayang dan kedamaian justru menciptakan kegelisahan di masyarakat. Tidak sedikit yang berkomentar, "Memanusiakan manusia itu sulit, itulah mengapa adab lebih tinggi dari ilmu." Ungkapan ini mencerminkan keresahan yang semakin dalam tentang pentingnya adab dalam kehidupan beragama, yang seharusnya menjadi landasan setiap ilmu yang dimiliki, terutama oleh pemuka agama.

Dalam ajaran Islam, adab dan ilmu merupakan dua pilar yang tak terpisahkan. Rasulullah SAW dikenal sebagai teladan terbaik (uswatun hasanah), bukan hanya karena pengetahuan agama yang luas, tetapi juga karena kesempurnaan akhlaknya. Bahkan, para ulama klasik seperti Imam Malik menekankan pentingnya belajar adab sebelum ilmu. Adab adalah cerminan moral seseorang, sementara ilmu adalah penuntun untuk menjalani kehidupan yang benar. Ketika keduanya berjalan beriringan, terciptalah individu yang tidak hanya cerdas tetapi juga bijaksana.

Namun, ketika ilmu tidak disertai dengan adab, maka ilmu tersebut dapat berubah menjadi senjata yang melukai. Pernyataan-pernyataan kasar yang dilontarkan oleh beberapa pemuka agama menunjukkan betapa pentingnya adab dalam menyampaikan ilmu. Kata-kata yang seharusnya memberikan pencerahan dan kedamaian justru dapat menambah perpecahan dan ketegangan di masyarakat. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah ilmu yang dimiliki oleh pemuka agama sudah disertai dengan adab yang baik?

Pernyataan "memanusiakan manusia itu sulit" mencerminkan kenyataan sosial yang kita hadapi. Banyak orang merasa bahwa nilai-nilai adab dan saling menghormati semakin terpinggirkan, bahkan oleh mereka yang seharusnya menjadi panutan. Sebagai pemuka agama, mereka memikul tanggung jawab besar dalam menjaga moral dan keimanan umat. Oleh karena itu, setiap ucapan dan tindakan mereka seharusnya mengedepankan nilai-nilai adab yang luhur.

Ucapan yang kasar dan merendahkan bukan hanya melukai perasaan individu, tetapi juga menciptakan jurang yang semakin dalam antara masyarakat dan agama. Sebagai pemuka agama, seharusnya mereka menjadi teladan yang memberikan pencerahan melalui kata-kata yang bijaksana, bukan yang menyakiti. Dalam hal ini, adab menjadi kunci utama untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap agama dan tokoh agamanya.

Masyarakat Indonesia yang hidup dalam keberagaman tentunya berharap agar agama menjadi penghubung, bukan pemecah belah. Salah satu alasan mengapa banyak orang merasa "memanusiakan manusia itu sulit" adalah karena adab semakin terabaikan. Adab bukan sekadar berbicara dengan lembut atau sopan, tetapi juga mencakup pengendalian diri dan penghormatan terhadap martabat orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa orang yang paling mulia di antara kita adalah yang paling baik akhlaknya. Oleh karena itu, pemuka agama harus mampu menjadi contoh dalam mengedepankan adab dalam setiap perkataan dan tindakan mereka.

Untuk mengatasi fenomena ini, pemuka agama perlu melakukan introspeksi diri dan kembali mengedepankan nilai-nilai adab dalam setiap ucapan dan tindakan. Sebelum menyampaikan kritik atau nasihat, pastikan bahwa pesan tersebut disampaikan dengan cara yang tidak menyakiti perasaan. Dan menjadikan setiap respon atau kritikan masyarakat yang kecewa dijadikan sebuah refleksi untuk memperbaiki diri. Selain itu, menjadi teladan melalui perilaku yang mencerminkan kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama itu perlu dilakukan.

Adab adalah jembatan yang menghubungkan ilmu dengan hati manusia. Tanpa adab, ilmu menjadi kehilangan makna dan arah, bahkan bisa menjadi berbahaya. Pemuka agama, sebagai penjaga moral dan keimanan, memikul tanggung jawab besar untuk menjaga setiap perkataan dan tindakan mereka. Pernyataan kasar dan merendahkan hanya akan menciptakan jarak, sementara adab akan mendekatkan hati dan memulihkan kepercayaan. Dalam dunia yang semakin rapuh kepercayaannya, adab harus menjadi prioritas utama bagi siapa pun yang ingin menjadi teladan.

Memanusiakan manusia memang sulit, tetapi dengan adab, tugas tersebut menjadi lebih mungkin. Adab harus menjadi pijakan dalam setiap langkah kita, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat yang lebih besar, demi terciptanya dunia yang lebih harmonis dan penuh penghormatan.

Penulis : Rizqi Afrelina

Pranomo Janji Akan Lanjutkan Program Contract Farming Anies

Janji Pramono Anung kepada Anies Baswedan untuk melanjutkan contract farming sebagai langkah menurunkan harga beras merupakan ide yang strategis dan berpotensi memberikan dampak positif pada sektor pertanian dan kestabilan pangan nasional. Menurut badan pusat statistic nasional Dibandingkan dengan Agustus 2023, rata-rata harga beras di penggilingan pada Agustus 2024 untuk kualitas premium, medium, submedium, dan pecah masing-masing naik sebesar 11,31 persen; 10,04 persen; 18,21 persen; dan 13,19 persen. Data ini menunjukan bahwa beras mengalami kenaikan, melalui contract farming, petani dapat menjalin kemitraan dengan perusahaan besar yang menjamin pembelian hasil panen mereka dengan harga yang telah disepakati.

Hal ini memberikan kepastian pasar bagi petani sekaligus mendorong mereka untuk meningkatkan produktivitas. Dengan adanya dukungan seperti penyediaan benih unggul, teknologi, dan akses pembiayaan dari perusahaan mitra, biaya produksi dapat ditekan, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan harga beras di tingkat konsumen. Selain itu, efisiensi dalam distribusi hasil panen melalui pola kemitraan ini dapat mengurangi peran penyebar yang seringkali menjadi penyebab kenaikan harga beras.

Namun, keberhasilan kebijakan ini bergantung pada implementasi yang adil dan terstruktur. Pemerintah perlu memastikan bahwa kontrak yang dibuat antara petani dan perusahaan bersifat transparan, dengan ketentuan yang melindungi hak-hak petani. Dalam banyak kasus, posisi tawar petani sering kali lemah sehingga mereka rentan dieksploitasi oleh perusahaan besar. Untuk menghindari hal ini, pemerintah dapat bertindak sebagai mediator yang menjamin keseimbangan kepentingan kedua pihak.

Di sisi lain, contract farming harus dirancang agar tidak membuat petani terlalu bergantung pada satu perusahaan atau komoditas tertentu. Penganekaragaman produk dan pemberdayaan petani menjadi kunci agar mereka tetap memiliki kemandirian ekonomi. Jika dilaksanakan dengan serius dan disertai dukungan kebijakan yang konsisten, janji ini tidak hanya menurunkan harga beras, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani, memperkuat ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Penulis: Yunus

Menakar Reputasi Pondok Pesantren di Tengah Sorotan Isu Kekerasan

Pondok pesantren telah lama menjadi salah satu pilar pendidikan di Indonesia, membentuk karakter generasi muda dengan nilai-nilai agama dan moral. Namun, beberapa tahun kebelakang, pesantren mulai menjadi sorotan publik karena kasus-kasus kekerasan fisik, pelecehan, hingga eksploitasi yang melibatkan oknum tertentu. Kejadian-kejadian ini menimbulkan polemik: apakah pesantren masih menjadi tempat yang ideal untuk membentuk generasi muda?

Di satu sisi, publik harus menyadari bahwa kasus-kasus negatif ini bukanlah cerminan keseluruhan lembaga pesantren. Mayoritas pesantren masih menjalankan misinya sebagai pusat pendidikan yang berlandaskan akhlak dan ilmu agama. Namun, di sisi lain, insiden-insiden tersebut tidak bisa dianggap sebagai hal sepele. Mereka mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan dan pembenahan sistem pendidikan di pesantren, terutama dalam hal perlindungan santri.

Kepercayaan masyarakat terhadap pesantren berada di titik kritis. Untuk memulihkannya, diperlukan langkah konkret seperti transparansi dalam pengelolaan, pembentukan sistem pelaporan yang aman bagi korban, hingga pengawasan dari pemerintah. Selain itu, masyarakat juga perlu mengedepankan sikap bijak dalam menilai pesantren secara keseluruhan, tidak terjebak pada generalisasi yang justru merugikan pesantren-pesantren yang selama ini berjalan baik.

Momen ini seharusnya menjadi titik balik untuk memperbaiki citra pesantren. Dengan reformasi dan pengawasan yang tepat, pesantren dapat kembali menjadi institusi yang dipercaya dan dihormati oleh masyarakat, sebagaimana mestinya.

Penulis: Siti Nabilatul Zahro Salsabila



Kesehatan Mental Mahasiswa, Butuh Perhatian yang Semakin Mendesak

Kematian tragis seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diduga bunuh diri di Apartemen Pinewood Cikeruh, Jatinangor, Sumedang, yang diduga loncat dari lantai 27 pada selasa (19/11/2024). Baru-baru ini membuka kembali wacana tentang kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa masalah kesehatan mental bukanlah isu yang bisa dianggap remeh, apalagi di tengah lingkungan kampus yang seringkali terjebak dalam budaya kompetitif dan tekanan akademik yang sangat tinggi. Kasus seperti ini menggugah kita untuk menilai kembali bagaimana sistem pendidikan indonesia, khususnya di perguruan tinggi, memperlakukan kesehatan mental mahasiswanya.

Beban akademik yang berat, tuntutan untuk selalu berprestasi, serta ekspektasi sosial yang menuntut mahasiswa untuk tampil sempurna sering kali menciptakan tekanan luar biasa. Di tengah segala kewajiban dan harapan yang datang dari berbagai arah, mahasiswa sering kali merasa kesulitan untuk mengatur waktu, mengelola stres, dan memprioritaskan kesejahteraan mental mereka. Pada akhirnya, banyak yang merasa terperangkap dalam depresi, kecemasan, dan ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan mereka. Jika kondisi ini tidak mendapat perhatian yang serius, maka risiko terjadinya tindakan tragis seperti bunuh diri akan terus mengintai.

Sayangnya, kesehatan mental sering kali diabaikan, terutama di kalangan generasi muda. Mahasiswa sering kali merasa malu atau takut untuk mencari bantuan, khawatir akan dianggap lemah atau tidak mampu mengatasi masalah mereka sendiri. Hal ini diperburuk oleh kurangnya aksesibilitas dan keterbatasan layanan konseling di banyak kampus. Bahkan di perguruan tinggi yang memiliki fasilitas layanan psikologis, kapasitas yang tersedia sering kali tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang membutuhkan dukungan mental. Ini menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.

Kampus dan masyarakat di sekitar mahasiswa harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung kesehatan mental. Salah satu langkah konkret yang bisa diambil adalah dengan memperluas akses ke layanan konseling yang lebih mudah untuk dijangkau, Kampus juga perlu memberikan pelatihan kepada para pengajar dan staf untuk mengenali tanda-tanda stres dan gangguan mental pada mahasiswa, sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang tepat pada waktu yang tepat. Selain itu, penting juga untuk menumbuhkan budaya yang lebih terbuka dalam membicarakan kesehatan mental, sehingga mahasiswa merasa tidak sendirian dan tidak takut untuk mencari bantuan.

Dukungan terhadap kesehatan mental mahasiswa tidak hanya menjadi tanggung jawab Perubahan ini tidak akan terjadi dalam semalam, tetapi jika kita semua berkomitmen untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan mental mahasiswa, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan produktif bagi generasi penerus bangsa. Kematian tragis ini seharusnya menjadi titik balik yang mendorong kita untuk bertindak lebih cepat dan lebih sigap dalam menangani masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa, karena tidak ada prestasi yang sebanding dengan kehidupan yang hilang.

Reporter : Rohimah Nurbaeti


Gus Miftah dan Penjual Es: Tokoh Agama Gagal Menjadi Teladan

Figur agama di Indonesia, seperti habib, gus, dan kiai, memegang peran penting dalam masyarakat. Mereka bukan hanya pembawa pesan moral dan spiritual, tetapi juga dianggap sebagai panutan. Oleh karena itu, setiap tindakan dan ucapan mereka selalu diawasi oleh publik. Namun, penting untuk diingat bahwa mereka tetap manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Baru-baru ini, Gus Miftah Maulana Habiburrahman menjadi sorotan karena pernyataannya yang dianggap mengejek pedagang kecil. Meskipun dia mengklaim itu hanya candaan, respons publik sangat beragam.

Namun, kesempatan untuk melakukan kesalahan tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melupakan tanggung jawab moral dalam menjaga ucapan. Sebagai figur publik, pemimpin agama harus sangat berhati-hati dalam setiap ucapan mereka, karena dampaknya tidak hanya pada individu, tetapi juga pada persepsi publik terhadap agama. Kaidah fikih "mencegah keburukan lebih utama daripada menciptakan kebaikan" mengingatkan kita bahwa menjaga ucapan yang dapat menimbulkan kerusakan harus diutamakan daripada sekadar menyampaikan pesan, bahkan jika niatnya adalah humor. Dalam forum publik, seperti pengajian, figur agama harus memastikan bahwa candaan atau ucapan mereka tidak menyakiti atau merendahkan orang lain.

Respons masyarakat terhadap kesalahan figur agama mencerminkan tingkat kedewasaan sosial. Seringkali, masyarakat Indonesia cenderung memberikan respons ekstrem, antara memuja secara berlebihan atau menghukum secara tidak proporsional. Sikap seperti ini, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat menyebabkan perpecahan yang merugikan. Sebagai umat yang diajarkan untuk saling mengingatkan dalam kebenaran, kritik terhadap figur agama harus tetap disampaikan, tetapi dengan cara yang konstruktif dan penuh hormat. Kritik yang baik tidak hanya mengingatkan mereka untuk berhati-hati, tetapi juga membantu mereka memperbaiki diri agar dapat terus bermanfaat bagi masyarakat.

Di sisi lain, masyarakat juga harus mampu melihat kebaikan yang telah dilakukan oleh figur agama tersebut. Dalam kasus Gus Miftah, kontribusinya dalam mempromosikan toleransi, kerukunan antarumat beragama, dan dakwah yang inklusif tidak boleh diabaikan hanya karena satu kesalahan. Islam mengajarkan untuk menilai seseorang secara keseluruhan, bukan hanya dari satu tindakan atau ucapan yang keliru.

Kasus ini memberikan pelajaran penting bagi semua pihak. Bagi figur agama, ini adalah pengingat untuk selalu menjaga ucapan dan tindakan agar sesuai dengan nilai-nilai yang mereka ajarkan. Bagi masyarakat, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan sikap bijak dan proporsional dalam menanggapi kesalahan, tanpa mengabaikan kontribusi besar yang telah diberikan. Secara keseluruhan, kita belajar bahwa harmoni sosial hanya dapat terwujud jika semua pihak saling memahami dan memberikan ruang untuk memperbaiki diri. Dengan sikap saling menghormati ini, nilai-nilai kebaikan dalam agama akan tetap terjaga, dan figur agama dapat terus berperan sebagai pilar moral di tengah masyarakat.


Penulis : Tubagus Nursayid 



Pilkada Serentak 2024: Dinamika Politik dan Tantangan Demokrasi di Daerah


Pilkada 2024 akan menjadi tonggak penting bagi demokrasi Indonesia, di mana pemilihan kepala daerah akan dilakukan secara serentak pada November 2024. Ini merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin lokal yang akan menentukan arah pembangunan daerah selama lima tahun ke depan. Dengan ratusan wilayah terlibat, Pilkada ini akan memperlihatkan dinamika politik di tingkat lokal, yang sering kali berbeda dari politik nasional.

Salah satu tantangan besar Pilkada 2024 adalah memastikan keadilan dan transparansi dalam setiap tahapan pemilihan. Berbagai isu seperti politik uang, politik dinasti, dan ketidaknetralan aparatur negara menjadi ancaman serius bagi demokrasi. Dalam beberapa tahun terakhir, politik dinasti sering menjadi sorotan karena keterlibatan keluarga petahana dalam pencalonan. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Pilkada bisa menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan keluarga tertentu.

Kendala lain yang harus dihadapi adalah meningkatkan partisipasi pemilih, terutama di daerah-daerah terpencil. Kurangnya akses terhadap informasi pemilu dapat mempengaruhi partisipasi dan kualitas demokrasi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan media berperan penting dalam menyebarkan informasi dan memastikan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memilih secara sadar.

Sistem pemilihan serentak juga menimbulkan tantangan logistik yang besar. Dengan begitu banyaknya daerah yang terlibat, KPU harus memastikan bahwa semua persiapan berjalan lancar, mulai dari distribusi logistik hingga penyelenggaraan di TPS. Mengingat pengalaman pemilu sebelumnya, tantangan teknis seperti distribusi surat suara dan penanganan data pemilih harus ditangani dengan serius agar tidak menimbulkan masalah pada hari pemilihan.

Di sisi lain, Pilkada 2024 memberikan peluang untuk melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang lebih inovatif dan dekat dengan masyarakat. Calon-calon yang berasal dari generasi muda semakin banyak bermunculan, membawa visi baru untuk memajukan daerah mereka. Kehadiran calon independen juga menjadi faktor menarik, karena mereka sering kali dianggap lebih murni dari pengaruh partai politik besar.

Masyarakat Indonesia juga semakin cerdas dalam menilai kualitas calon pemimpin. Pemilih saat ini cenderung lebih kritis dan menuntut pemimpin yang dapat memberikan solusi nyata atas masalah yang dihadapi daerah, seperti kemiskinan, infrastruktur, dan pelayanan publik. Ini menuntut para calon untuk tidak hanya sekadar berjanji, tetapi juga memberikan program yang konkret dan dapat direalisasikan.

Dari sisi kampanye, digitalisasi menjadi elemen penting yang tak terelakkan. Pilkada kali ini akan melihat penggunaan media sosial yang lebih masif dibandingkan sebelumnya. Ini memberikan keuntungan bagi calon dengan strategi digital yang baik, tetapi juga membuka celah bagi penyebaran informasi palsu atau hoaks. Oleh karena itu, pengawasan terhadap konten digital menjadi kunci untuk menjaga integritas pemilu.

Secara keseluruhan, Pilkada Serentak 2024 akan menjadi ujian besar bagi demokrasi lokal di Indonesia. Keberhasilan pemilu ini akan sangat bergantung pada integritas proses, partisipasi masyarakat, serta kemampuan penyelenggara pemilu dalam mengelola tantangan teknis dan logistik. Masyarakat diharapkan semakin cerdas dan kritis dalam memilih pemimpin yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat​.


Opini: Rayza Fauzan

Challenge and Response pada Upacara Adat Seren Taun di Kampung Sodong, Ciamis


Introduction

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan terdiri dari berbagai suku yang memiliki budaya yang beragam. Namun kesadaran  nasionalisme,  nilai-nilai budaya nasional, dan tradisi  belum tertanam di benak masyarakat Indonesia. Keadaan  ini membuat nilai-nilai keindonesiaan sampai ke akar-akarnya dan mencari sumbernya.

Di zaman modern, kearifan lokal semakin tertindas dan terlupakan. Orang cenderung menganggap sesuatu yang diimpor dari peradaban Barat sebagai hal yang modern. Menjadi modern adalah suatu keharusan agar bisa bersaing dengan negara-negara modern di dunia. Modernitas adalah tujuannya. Meskipun tujuan menjadi bangsa modern mungkin sama bagi seluruh umat manusia, namun cara mencapainya mungkin berbeda dan hasil modernisasi juga mungkin berbeda. Perbedaan modernitas merupakan warisan gagasan lokal yang telah ada di setiap daerah selama berabad-abad.

Pembelajaran dasar-dasar cara berpikir lokal memberikan pemahaman bersama tentang kehidupan berbangsa dengan cara berpikir lokal yang sangat beragam. Hidup bersama di Indonesia memerlukan saling memahami kearifan lokal. Memaksakan gagasan lokal tertentu kepada orang lain dapat dengan mudah menimbulkan kesalahpahaman.

Masyarakat adat setempat mempunyai kewajiban untuk kembali pada jati dirinya dengan menggali dan memaknai nilai-nilai luhur budaya yang ada sebagai sumber  kearifan lokal. Upaya ini harus dilakukan untuk mengungkap makna substantif kearifan lokal. Oleh karena itu, masyarakat harus mengembangkan kesadaran, integritas, seperangkat nilai-nilai budaya yang luhur, dan mensosialisasikannya menjadi prinsip-prinsip kehidupan yang bermartabat.

Dalam rangka menggali dan melestarikan nilai kearifan lokal, masyarakat desa Sodong Tambaksari Ciamis, anggota masyarakat adat atau komunitas Geger Sunten, melestarikan budaya tradisional yang merupakan adat masyarakat setempat dengan cara menjalankan praktek-praktek adat, salah satunya adalah “Seren Taun”.

Method

Manusia dalam hidup bermasyarakat banyak mendapatkan tantangan. Dari setiap tantangan tersebut pasti akan menimbulkan respon, baik respon positif maupun negatif seperti dikatakan oleh Arnold J. Toynbee seorang sejarawan Inggris yang lahir tahun 1889, yang menggemparkan sejarah dunia dengan karangannya: A Study Of History terdiri dari 12 jilid yang tebal. Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan berbagai kebudayaan di dunia, yang berpandangan bahwa kebudayaan akan berkembang dan mencapai puncaknya kemudian akhirnya menghasilkan sesuatu yang gemilang. Kesimpulan dari teorinya adalah bahwa dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.

Arnold J. Toynbee telah memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan teori Challange and Response. Berdasarkan teori tersebut, budaya bisa muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan alam sekitarnya, serta pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan oleh sebagian kecil pemilik kebudayaan. Selain itu menurut Arnold J. Toynbee tantangan dan respon muncul akibat dari adanya kausalitas baik dalam ide, wacana, maupun gerak.

Tantangan dan respons adalah teori mengenai dialektika sejarah dan budaya akibat kausalitas dari adanya tantangan dan respons, baik dalam ide, wacana, maupun gerakan. Gerak siklus sejarah (yang mengikuti proses lahir-berkembang-runtuh) yang dirumuskan dalam teori Challenge and Response, bahwa peradaban modern selanjutnya mengalami kehancuran karena ide progresivisme bertentangan dengan hakekat nature (alam).

Teori ini mengatakan setiap gerakan sejarah timbul karena ada rangsangan, sehingga akan muncul reaksi yang melahirkan perubahan. Rangsangan ini cenderung dilakukan oleh segelintir orang yang dinamakan sebagai kelompok minoritas dominan.

Pertumbuhan peradaban tergantung pada perilaku minoritas (elite) kreatif. Seluruh tindakan sosial adalah kaya individu-individu pencipta, atau terbanyak karya minoritas kreatif. Namun kebanyakan umat manusia cenderung tetap terperosok dengan cara-cara hidup lama. Dengan pimpinan elite, peradaban akan tumbuh melalui serentetan tanggapan yang berhasil menghadapi tantangan yang berkelanjutan.

Research

Upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung, atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Adat seren taun ini dilaksanakan oleh  masyarakat Kampung Sodong  Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Sunda.

Budaya yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat geger sunten Kampung Sodong ini menunjukkan makna kebersamaan, menegakan kebenaran, selamanya menggantungkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Falsafah yang menjadi pegangannya “Tumut Dipitutur Sepuh, Taat dipituah rama”. Maksudnya adalah tidak goyah dengan ketentuan adat yang sudah diamanatkan dari leluhurnya, memegang teguh aturan adat walau banyak rintangan yang menghalanginya. Sementara kondisi sosial keagamaan masyarakat Sodong Tambaksari memeluk agama Islam. Adapun acara-acara adat yang biasa dilakukan, merupakan warisan nenek moyang yang tidak bisa ditinggalkan demi mempertahankan budaya leluhur yang dapat membangun karakter bangsa berupa nilai-nilai kearifan lokal yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan.

Ritual adat seren taun di Kampung Sodong yang dimulai tahun 2003 ini, pada awalnya hanya berbentuk prosesi yang sederhana dan tertutup dalam arti belum dikenal oleh masyarakat luas. Mulai tahun 2009 baru terbuka untuk umum masyarakat luas sebagai tempat wisata dan sejarah adat sunda, bahkan kalangan tokoh yang mempunyai perhatian terhadap adat masyarakat sunda pun hadir dari berbagai kalangan dan berbagai daerah.

Dalam acara seren taun tersebut, rangkaian acaranya diawali dengan beberapa sambutan dari pemerintahan, tokoh masyarakat dan dari ketua adat sendiri. Setelah sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan acara pokok seren taun. Dengan dibarengi musik gamelan kesenian adat sunda setempat, prosesi acara adat seren taun pun digelar. Hal yang paling penting dalam acara itu dan merupakan ciri khusus  adat seren taun di kampung Sodong adalah apa yang disebut “Bentang Boeh Larang”. Dalam acara seren taun itu kain putih yang ukuran 2 x 3 meter yang tidak dijait (seperti kain ihram) dibentangkan oleh 6 perempuan, yang tetap diiringi musik dan do’a-do’a yang dipanjatkan. Semua personil acara seren taun itu jumlahnya ada 17 orang. 

Kain putih tersebut terus dibentangkan sampai acara selesai. Dibelakangnya diikuti oleh pengikut perempuan juga yang membawa berbagai makanan berupa bebetian. Tampak empat sasajen yang berisi berbagai hasil bumi dihiasi dengan hiasan janur. Sasajen ini merupakan adeg-adeg dari pucuk, kembang, buah, dan beuti. Sementara di sisi lainnya, sebuah kotak besar yang merupakan leuit berukuran kecil tampak ditutupi oleh kain hitam. Leuit ini dalam masyarakat adat, disebut juga Leuit Ratna Inten, Si Jimat atau Leuit Indung. 

Leuit tersebut merupakan tempat untuk ngaruwat Pohaci. Di dalamnya tersimpan dua jenis padi yang disebut pare indung yang ditutup dengan kain putih dan pare abah yang ditutup dengan kain hitam. Kedua padi itu merupakan benih unggulan hasil panen masyarkat yang diserahkan kepada ketua adat. Benih yang sudah diberkati ini disimpan di dalam leuit untuk dijadikan bibit padi untuk ditanam di musim tani berikutnya. Dalam acara tersebut ada juga prosesi memercikan air ke arah kain, berdo’a sambil membakar kemenyan.

Setelah acara selesai dan prosesi adat telah sempurna, kain putih tersebut dilipat dan disimpan lagi untuk acara adat tahun selanjutnya. Kemudian semua yang hadir bergabung untuk menikmati makanan yang sudah disediakan. Tidak ada pembatas antara semua yang hadir untuk sama-sama menikmati makanan, baik yang dibawa masing-masing atau yang sudah disediakan oleh ketua adat sendiri. Semua bergabung tidak ada pembatas, baik status sosial ataupun antara yang tua, muda, anak-anak semua campur bergabung.

Selanjutnya, acara diteruskan pada malam hari dengan menggelar pengajian berupa siraman rohani untuk masyarakat yang dipimpin oleh ulama setempat atau mendatangkan dari luar daerah. Sehingga dalam rangkaian acara adat seren taun di Kampung Sodong yang digelar dari siang sampai malam ada semacam nilai keseimbangan antara budaya adat dan penanaman syariat Islam yang disampaikan dari tokoh agama.

Makna dari Upacara Seren Taun adalah  serah terima tahun lampau kepada tahun yang akan datang, dan merupakan wahana syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang dilaksanakan pada tahun terdahulu disertai harapan agar tahun selanjutnya kehidupan pertanian akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Sunda.

Dari semua keterangan di atas, intinya acara adat seren taun yang dilaksanakan di daerah-daerah, khususnya Jawa Barat, walaupun ada kekhasan masing-masing daerah, akan tetapi secara umum mempunyai maksud yang sama yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt, atas nikmat yang telah diberikan pada tahun yang lalu, dengan harapan pada tahun mendatang segala sesuatunya akan lebih baik.

Dari setiap rangkaian upacara adat seren taun yang digelar oleh masyarakat adat Kampung Sodong tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Makna itu adalah berupa nilai-nilai kearifan lokal yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kearifan lokal itu, di antaranya :

1.      Tanggung jawab

2.      Menjauhkan kesombongan

3.      Gotong royong

4.      Toleransi

5.      Tanda syukur

Analysis

Nilai kearifan lokal merupakan proses yang ditimbulkan dari hasil pelaksanaan upacara adat seren taun. Dengan demikian challenge dan response tersebut berinteraksi dan menunjukkan pola atau struktur tertentu dalam perkembangannya.

Aktivitas budaya sebagai aktivitas fisik yang disadari, dimengerti, dan direncanakan berkaitan sangat erat dengan nilai-nilai. Tidak saja menciptakan nilai terhadap karya budaya, tetapi juga terikat oleh nilai-nilai, baik nilai estetika, logika ataupun etika. Oleh karena itu, aktivitas budaya dalam segala perwujudannya selalu memperhatikan nilai-nilai estetika, juga tidak dapat mengabaikan nlai-nilai logika atau epistemologi dan tidak pula melepaskan diri dari nilai etika, karena ia pada dasarnya merupakan proses perwujudan nilai-nilai itu sendiri. 

Aktivitas seni budaya pada masyarakat Adat seolah menjadi satu kewajiban, sehingga rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya keyakinan masyarakat akan nilai-nilai seni budaya yang terkandung di dalamnya. Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya  pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.

Masyarakat  kampung Sodong Tambaksari Ciamis yang tergabung dalam komunitas masyarakat adat Geger Sunten berusaha melestarikan kebudayaan tradisional yang merupakan adat masyarakat setempat dengan menggelar upacara adat “Seren Taun” (mapag taun).

Discussion

Rangkaian acara adat seren taun itu sebagai upaya atau cara untuk mempertahankan nilai kearifan lokal yang membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Dimana nilai-nilai tersebut di zaman sekarang ini sudah mulai terlupakan dan ditinggalkan.

Dari acara adat seren taun yang diselenggarakan oleh masyarakat adat Kampung Sodong Tambaksari Ciamis tersebut ada nilai-nilai kearifan lokal yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya tanggung jawab, menjauhkan kesombongan, saling menghormati/toleransi, gotong royong, dan tanda syukur.

Dengan demikian, acara adat seren taun dalam budaya lokal memerlukan peran generasi muda kita agar nilai dalam unsur kebudayaan yang ada di Indonesia tetap melekat pada diri generasi muda kita agar tidak hilang suatu ajaran yang bernilai positif pada kebudayaan yang ada di Indonesia dan terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons dan menjawab arus zaman yang telah berubah.


KEBERAGAMAN PEMICU KONFLIK BUDAYA DI INDONESIA



Introduction

            Indonesia adalah sebuah negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu macam pulau, baik pulau kecil maupun pulau besar. Yang dimana didalam pulau tersebut dihuni oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam keberagaman. Keberagaman di Indonesia itu tercipta ketika negara ini berhasil mengusir para penjajah dari tanah Indonesia itu sendiri yang kemudian menjadi negara merdeka. Tentunya keberhasilan ini tidak terlepas dari usaha para pejuang kita terdahulu dalam mempertahankan tanah Indonesia. Perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia tentu saja memiliki ciri khas tersendiri di setiap wilayahnya. Namun, dengan kesamaan nasib masyarakat ketika dijajah inilah yang membuat persatuan dan kesatuan antara masyarakat semakin kuat. Yang kini telah melahirkan kemerdekaan tersebut.

            Setelah Indonesia merdeka, negara ini kemudian menyusun serta mengatur jalannya struktur pemerintahan. Dimana pada saat itu Ir.Soekarno sebagai presiden pertama yang di dampingi wakil presiden Moh.Hatta. ini memimpin Indonesia. Pasca kemerdekaan ini, keberagaman ini kemudian diikat dengan kalimat “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kata ini juga diperkuat oleh pernyataan didalam isi Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Didalam isi Sumpah Pemuda itu ada kata Bahasa yang mempersatukan keragaman kita semua yaitu Bahasa Indonesia. Keberagaman negara Indonesia juga bukan hanya pada bahasanya saja, akan tetapi juga keberagaman pada suku,ras,budaya golongan dan agama.

            Namun, keberagaman di masyarakat Indonesia sendiri lambat laun sudah mulai goyah. Hal itu dipicu dengan banyaknya konflik yang muncul di kalangan masyarakat Indonesia. Baik itu konflik sosial, budaya, suku, agama dan lain sebagainya. Dengan adanya sekelompok oknum-oknum yang mencoba untuk menghasut masyarakat satu dengan masyarakat lainnya diatas kepentingan pribadinya. membuat keberagaman masyarakat mulai hancur. Presiden Soekarno juga pernah berkata bahwasanya “perjuangan yang paling sulit itu bukan mengusir para penjajah dari tanah Indonesia ini, melainkan lebih sulitnya melawan rakyat sendiri.” Dari pernyataan diatas penulis dapat simpulkan bahwasanya perjuangan dalam mempertahankan tanah Indonesia yang paling sulit bukan dari para penjajah akan tetapi sulitnya mempertahankan keberagaman serta kesatuan yang telah ada sejak dahulu. Dengan banyaknya konflik budaya yang terjadi di Indonesia, pemerintah harus selalu siap siaga supaya kehancuran negara ini tidak terjadi. Salah satu konflik budaya yang pernah terjadi di Indonesia adalah tragedi Sampit. Dimana bermula dari sekelompok etnis Dayak dengan Madura melakukan perseteruan selama 10 hari dan memakan korban jiwa sebanyak 469 orang.

 

Metode

            Didalam penulisan artikel ini, penulis mencoba menerapkan teori dari Samuel Philips Huntington(1927-2008) yaitu teori konflik antar peradaban. Menurutnya, konflik yang akan terjadi di masa depan adalah adanya benturan peradaban dan kebudayaan.

Menurut Huntington juga, yang menjadi timbulnya benturan antar-peradaban yaitu ada lima faktor;

1.      Perbedaan peradaban seperti Bahasa, budaya dan agama.

2.      Meningkatnya interaksi menimbulkan kesadaran antara persamaan dengan perbedaan yang dilihat dari latar belakang seseorang.

3.      Proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial.

4.      Tumbuhnya kesadaran yang di bawa oleh barat dalam bentuk dominasi politik dan budaya kepada negara-negara lemah.

5.      Karakteristik dan perbedaan budaya yang kurang menyatu.

Huntington menekankan bahwa benturan antar-peradaban terjadi di dunia ini bukan oleh faktor ekonomi, politik dan ideologi. Akan tetapi, justru masalah tersebut dipicu oleh perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan.

 

Research

            Di Indonesia sendiri, konflik antar budaya sudah lumayan banyak terjadi. Dengan keberagaman yang berbeda-beda tentu saja banyak misskomunikasi antar masyarakat. Apalagi ketika kesejahteraan masyarakat lokal mulai menurun dibandingkan warga pendatang. Sifat iri yang berlebihan dimasyarakat luas maka hal itu memungkinkan menjadi ciri-ciri konflik antar masyarakat itu muncul. Sejarah telah mencatatkan ada beberapa konflik antar budaya yang telah terjadi di Indonesia. Contoh study kasus yang diambil oleh penulis ialah;

 

Konflik Sampit

Konflik ini merupakan konflik yang terjadi antara suku Dayak dengan Madura di wilayah Kalimantan Tengah. Konflik tersebut terjadi pada tahun 2001 yang dipicu oleh adanya kecemburuan sosial di masyarakat Dayak dengan Madura. Waktu itu perekonomian disana sangat di dominasi oleh suku pendatang yang membuat memanas warga lokal. Dilain sisi juga, kedua suku itu sering sekali terlibat perseteruan. Namun, konflik ini kemudian menjadi brutal. Hal itu ditandai dengan suatu kejadian pembunuhan orang Dayak serta adanya pembakaran yang dilakukan. Akibatnya suku Dayak menjadi marah besar yang kemudian mulai menyerang masyarakat Madura. Dari kejadian tersebut banyak sekali korban yang berjatuhan tanpa melihat identitas, entah itu tua, muda, anak-anak maupun orang dewasa. Aparat pemerintah juga mulai ikut turun tangan dengan cara mengevakuasi warga dam mencoba membantu menyelesaikan konflik tersebut. Konflik ini berjalan cukup lama hingga 10 hari dan memakan korban kurang lebih 469 jiwa.

Analisis

            Dari contoh peristiwa diatas, benar adanya apa yang telah dikatakan oleh Samuel Philips Huntington, bahwasanya peradaban atau kebudayaan itu akan menjadi sebuah pemicu untuk terjadinya konflik di masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya contoh kasus konflik antar budaya di Indonesia. Itu semua kebanyakan dipicu oleh perbedaan suku,budaya,ras, agama serta golongan pada suatu kaum. Keberagaman juga tak selamanya berjalan dengan baik tentu saja banyak problem di dalam praktiknya. Oleh karena itu, pemerintah harus terus memperhatikan serta siap siaga dan juga memberikan arahan kepada masyarakat supaya sikap kewarganegaraan di Indonesia dapat tercipta dengan baik.

Discussion

            Keberagaman di Indonesia tentunya banyak sekali, mulai dari agama, suku, ras, budaya, golongan dan lain sebagainya. Dibalik kata keberagaman juga, tidak semua orang memahaminya sehingga membuat misskomunikasi antar masyarakat yang memicu adanya konflik sosial. Seperti konflik sampit yang telah menjadi sebuah renungan bagi masyarakat Indonesia untuk saling menghargai antar sesame. Bahwasanya semua warga masyarakat Indonesia berhak untuk tinggal di negara tersebut. Dengan saling menghargai keberagaman yang ada maka persatuan dan kesatuan negara akan tercipta.

Peluh Pedagang Pasar Tradisional Di Era Digitalisasi Pasar



Sudah sejak zaman terdahulu berdagang menjadi mata pencaharian di negara kita berawal dari nenek moyang kita hingga terus berlangsung sampai saat ini. Dari zaman dahulu barawal dari barter antar barang kebutuhan, beras dengan sayuran atau buah-buahan begitupun dengan barang-barang lainnya. Dari kegiatan barter tersebut dilakukan di mana saja tidak terdapat tempat pertemuan khusus. Hingga akhirnya orang-orang terdahulu menetapkan satu tempat untuk saling menukar barang. Kita biasa menyebutnya sebagai pasar. yang mana dalam pasar terdapat pertemuan antara pembeli dengan pedagang.

Pasar tradisional menjadi pusat perbelanjaan yang selalu ramai. Semua terkumpul menjadi satu bahkan bukan hanya sebagai tempat transaksi antara pedagang dengan pembeli. Pasar pun menjadi tempat untuk pekerjaan lain mengais rejeki. Seperti tukang panggul barang, penjaga kebersihan dan keamanan pasar, serta tukang parkir yang bertugas menertibkan kendaraan orang-orang yang datang ke pasar.

Namun semua tidak lagi sama ketika pandemic covid-19 datang menyapa negeri kita. Pada awal tahun 2020 kasus Corona pertama kali dilaporkan di Indonesia. Awalnya hanya kota sekitaran depok yang perlu waspada. Karena kasus pertama datang dari Kota Depok, namun lambat laun kasus Corona ini semakin menyebar ke seluruh penjuru Indonesia. Hingga akhirnya Pemerintah menetapkan kebijakan yang Bernama “Lockdown” kebijakan tersebut menjadi awal mula dari terjadinya kemerosotan omset bagi para pedagang di pasar tradisional.

Lockdown menjadi kebijakan yang mana membatasi segala interaksi sosial manusia. Karena pandemic ini pun juga menyebabkan banyak masyarakat yang takut akan berbagai kegiatan yang berbaur dengan kerumunan manusia. Berbagai kebijakan pun terus berganti hingga akhirnya kegiatan berkerumun Kembali diperbolehkan.

Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan pasar tradisional meraih keramainnya lagi. Masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan pasar digital atau pasar online selama pandemic, tidak Kembali lagi berkunjung ke pasar tradisional. Mereka sudah terbiasa dengan pasar digital yang mereka gunakan di tahun-tahun sebelumnya. Terlebih pada masa sekarang zaman sudah dikuasai oleh perkembangan digital yang sangat canggih. Hal tersebut dirasa lebih memudahkan mereka dalam berbelanja tanpa mereka mengeluarkan tenaga untuk pergi keluar rumah.
Seperti yang terjadi di salah satu pasar yang berada di Kota Cilacap, Jawa Tengah tepatnya di Kecamatan Sidareja. Pasar Karna yang dahulu terkenal sangat ramai baik itu oleh pedagang pakaian, sepatu, sandal, sayuran, ayam, ikan, hingga daging kini tidak lagi terlihat ramai. Sewaktu adanya pandemic hingga kini Pasar Karna selalu terlihat sepi. Awalnya para pedagang masih tetap optimis, namun lama-kelamaan para pedagang pun banyak yang tidak aktif beroperasi lagi di pasar. Mereka selalu mengatakan sepi pelanggang sehingga lebih baik pulang lebih awal atau bahkan tidak membuka kiosnya dengan alasan ingin istirahat saja.
Para pedagang banyak yang mengeluh sepi pelanggan, mereka mengatakan jika masyarakat lebih senang membeli sesuatu lewat online. Jika ditanya mengapa tidak mencoba menjual lewat online, jawaban mereka selalu sama. Mereka selalu menolak dengan berdalih bahwa pasar online susah diakses. 
Hari-hari menjelang pergantian tahun, yang sejak zaman dahulu selau ramai oleh pembeli baik itu pembeli ayam, ikan, atau daging kini tetap terasa sepi. Bahkan terlihat seperti hari-hari biasa. Padahal sebelum adanya pandemic pedagang ayam, ikan atau daging akan ramai di datangi pembeli. Mereka akan berbondong-bondong membeli untuk merayakan tahun baru dengan membakar, memanggang atau barbeque daging-daging yang mereka beli.
Peralihan penggunaan pasar digital memang begitu terasa, terlebih oleh mereka para pedagang pasar tradisional. Mereka banyak yang terkendala oleh ketertingalannya mengenal dunia digital sehingga menyebabkan mereka enggan untuk beralih ke pasar online. Beberapa pedagang yang masih mempertahankan berdagang dengan pasar tradisional tetap memegang teguh bahwa rezeki akan tetap mengalir, karena Tuhan tidak akan pernah keliru pada rezeki hambaNya.

Makna Perselingkuhan dalam Islam


Perselingkuhan dalam Islam adalah tindakan yang melanggar prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam Islam. Islam mengajarkan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan dan menghormati hubungan suami istri sebagai ikatan yang suci. Perselingkuhan merusak kepercayaan, menghancurkan keharmonisan keluarga, dan melanggar hak-hak pasangan.

Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah kontrak sosial yang didasarkan pada kesetiaan, saling menghormati, dan saling memuliakan. Perselingkuhan bertentangan dengan prinsip ini, karena melibatkan pengkhianatan dan pelanggaran terhadap janji yang diucapkan di hadapan Allah dan masyarakat.

Selain itu, perselingkuhan juga berdampak negatif secara sosial dan psikologis. Ini dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan keluarga, mengganggu perkembangan anak-anak, dan menciptakan ketidakstabilan dalam masyarakat. Perselingkuhan juga dapat menyebabkan rasa sakit emosional yang mendalam bagi pasangan yang dikhianati.

Islam mendorong individu untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga kesucian diri dari godaan haram. Perselingkuhan muncul dari kurangnya kendali diri dan kelemahan moral yang dapat membahayakan kehidupan pribadi dan spiritual seseorang. Oleh karena itu, Islam mengajarkan pentingnya menjauhi godaan yang melanggar prinsip-prinsip agama.

Dalam Islam, terdapat pemahaman bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidup yang baik dan saling melengkapi. Perselingkuhan menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap pasangan dan ketidakpuasan dalam hubungan pernikahan. Islam mendorong individu untuk berkomunikasi dengan pasangan mereka dan mencari solusi yang adil jika ada ketidakpuasan dalam pernikahan, bukan dengan melakukan perselingkuhan.

Namun, Islam juga mengajarkan pentingnya taubat dan pengampunan. Jika seseorang telah melakukan perselingkuhan, Islam memberikan kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan, dan berusaha memperbaiki hubungan dengan pasangan. Dalam Islam, pengampunan adalah sikap mulia yang dapat membantu memperbaiki hubungan dan mencapai keharmonisan kembali.

Maka dari itu, perselingkuhan dalam Islam dianggap sebagai tindakan yang melanggar nilai-nilai agama, merusak hubungan pernikahan, dan membahayakan keharmonisan keluarga. Islam mengajarkan kesetiaan, komunikasi yang baik, pengendalian diri, dan pemahaman bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang harus dihormati. Perselingkuhan bukanlah jalan yang benar untuk mengatasi masalah dalam pernikahan, dan Islam mendorong individu untuk mencari solusi yang adil dan berdamai dalam menjaga hubungan suami istri.



Oleh: Nusyaibah Iskandar

Yuk, Saring Sebelum Sharing

Tak bisa di pungkiri, Era globalisasi menjadikan masyarakat tunduk pada perkembangan teknologi. Mereka akan terus mengikuti arus perubahan pada kebiasaan ataupun gaya hidup melalui berbagai macam teknologi yang bermunculan. Salah satu produk teknologi berbasis informasi yang hampir di miliki oleh setiap individu ialah ponsel. mereka menjadikan ponsel sebagai bagian yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan rutin dan merupakan barang yang wajib selalu di bawa kemanapun ia akan pergi.

Jumlah pengguna ponsel di seluruh dunia menurut laporan dari Stock Apps mencapai 5,3 miliar pada bulan Juli 2021 atau separuh dari total populasi penduduk dunia. Kebanyakan orang menggunakan  ponselnya untuk bermain media sosial berupa Whatsaap, Instagram, Twitter, Facebook, Youtube, dan sebagainya. Di perkirakan jumlah pengguna media sosial di awal tahun 2021 mencapai 4,2 miliar dan rata-rata bertambah lebih dari 1,3 juta pengguna baru media sosial setiap harinya  sejak 2020.

Berdasarkan pada data tersebut menunjukkan tingkat ketertarikan masyarakat dalam bermain media sosial sangatlah tinggi. Namun dari maraknya pengguna media sosial tak sebanding dengan punahnya etika yang mereka lontarkan melalui jari jemarinya. Tidak semua orang bisa bersikap bijak dalam menggunakan media sosial. Kebanyakan dari mereka justru kurang memahami etika dan ketentuan dalam bermedia sosial bahkan menyalahgunakan fungsi dari adanya media sosial tersebut.

Saat ini, hoaks masih menjadi isu utama di media sosial. Beredarnya berbagai berita bohong tersebut seakan akan langsung di telan mentah begitu saja oleh masyarakat tanpa mencari tahu sumber informasi yang akurat. Penyebaran berita hoax awalnya hanya dianggap sebagai guyonan oleh oknum yang tak bertanggung jawab yang menimbulkan keresahan dan kebingungan bagi masyarakat. Mereka tak meyadari bahwa tindakan tersebut bukan hanya akan merugikan dirinya sendiri melainkan akan berdampak pada orang lain dan masyarakat luas.

Umumnya masyarakat banyak menyebarkan berita hoaks karena ia merasa bangga sebagai orang pertama yang menyebarluaskan informasi baru. Mereka lebih lebih suka berbagi namun malas ntuk membaca. Sekalipun membaca tidak tuntas sampai keseluruhan isi berita, sehingga terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan maksud dari berita tesebut.

Menyebarluaskan berita memang tidak dilarang selama tidak bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Akan tetapi, kita harus bisa menangkal hal-hal yang berbau hoaks agar tidak menyebar luas. Hal yang dapat kita lakukan ialah memperhatikan dengan teliti setiap kali kita menerima berita atau informasi. Jika kita berkeinginan untuk menyebarkan suatu berita pastikan membaca keseluruhan isi berita untuk memastikan isi berita tersebut mengandung validasi atau sesuai fakta. Jika masih ragu dengan keakuratan berita tersebut, kita cukup membaca saja tidak sampai menyebarluaskannya.

Untuk itu, kita mesti bijak dalam menyikapi informasi dari media sosial dengan memahami ketentuan dan etika pada saat menggunakannya. Pentingnya menyaring informasi sebelum menyebarluaskan perlu untuk di budayakan supaya menjadikan kita pengguna media sosial yang bijaksana. Yuk, saring dulu sebelum sharing !

 

Oleh: Nisa Fadhilah

Dua Telinga Dua Mata dan Satu Mulut

Manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya. Ada banyak alasan mengapa Tuhan menciptakan ciptaannya sedemikian rupa, salah satunya adalah alasan mengapa tuhan menciptakan dua telinga dua mata dan satu mulut. Mungkin itu sebuah hal yang tidak kita sadari kehadirannya, atau malah kehadirannya menjadi bahan candaan saat kita tidak mendengarkan perkataan orang lain "masuk telinga kanan keluar telinga kiri".
 
Hal kecil yang dampak nya bisa menjadi besar salah satunya adalah tidak memperhatikan dengan seksama perkataan orang lain. Beralih ke tahun 1799 saat Napoleon Bonaparte terlibat dalam perang Kawasan timur tengah. Perang yang dikobarlan untuk meluaskan jazirah kekuasaaannya. Lawan Bonaparte saat itu adalah Turki. Singkat cerita pasukan napoleon berhasil menawan 1200 tentara Turki.

Satu waktu,   Napoleon Bonaparte datang ke Timur Tengah untuk menginspeksi pasukannya. Ketika itu kondisi kesehatan sang jenderal sedang tak begitu baik. Napoleon tengah batuk-batuk. Ketika Napoleon Bonaparte memeriksa pasukannya, ia tidak henti batuk-batuk. Saking terganggunya oleh batuk yang diderita, Napoleon sampai mengeluarkan umpatan.  "Ma sacre toux." Begitu Napoleon mengumpat.

Umpatan Napoleon itu artinya batuk sialan. Nah, saat Napoleon mengumpat itu, dia tengah didampingi seorang perwira pendamping. Sang perwira mendengar umpatan Napoleon. Namun, ia salah menangkap umpatan Napoleon. Ia pikir, umpatan Napoleon adalah sebuah perintah yang harus dilaksanakan karena yang didengarnya bukan "Ma sacre toux (batuk sialan)" tetapi Massacrez Tous (Bunuh semua)." Maka, setelah Napoleon pergi, si perwira itu langsung melaksanakan apa yang didengarnya yang ia kira itu adalah perintah dari bosnya. Tragedi pun terjadi. Sebanyak 1.200 tentara Turki itu dihabisi. Banjir darah tak terhindarkan akibat salah dengar si perwira. Sungguh, peristiwa kelam yang sangat disayangkan.

Kejadian tersebut mengajarkan kita untuk mendengar dengan seksama sebelum memulai sesuatu, tak hanya mendengarkan dengan seksama. Diciptakannya dua telinga dan dua mata juga mempunyai makna tersirat bahwa kita harus mendengarkan dan melihat semuanya dari dua buah sisi. Untuk bisa mengumpulkan kritik dan pujian juga untuk menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah.

(Aulikha Fiony Cahyani Shifa)

Noor Tagouri: Membuka Jalan Baru bagi Jurnalis Muslimah di Amerika Serikat


VOKALOKA.COM - Noor Tagouri, seorang jurnalis berbakat, telah mencatatkan namanya dalam sejarah media Amerika Serikat sebagai jurnalis Muslimah berhijab pertama yang sukses mengukir jalannya di industri berita yang sangat kompetitif. Dengan kecerdasan, dedikasi, dan semangatnya yang menginspirasi, Tagouri telah membuka jalan bagi para jurnalis muslimah agar aktif dalam industri media.


Dilahirkan dari orangtua imigran Libya di West Virginia, Noor Tagouri telah menunjukkan tekad dan semangatnya sejak usia dini. Sejak saat itu, dia memiliki mimpi untuk menjadi jurnalis dan mewakili komunitas yang sering kali kurang terwakili dalam media mainstream.


Tagouri lulus dari Universitas Maryland dengan gelar dalam bidang jurnalisme dan telah bekerja dengan beberapa media terkemuka. Dia menggabungkan keterampilan jurnalistiknya dengan kepribadiannya yang karismatik, memadukan laporan berita yang tajam dengan narasi yang mendalam tentang isu-isu yang dihadapi oleh komunitas Muslim Amerika.


Perjalanan Tagouri mencapai puncak ketenaran dimulai ketika majalah Vogue menerbitkan edisi Februari 2022, yang menampilkan dia sebagai salah satu "Wanita yang Harus Diketahui" tahun itu. Sejak itu, dia telah menjadi sorotan media nasional dan internasional, menjadi inspirasi bagi jutaan orang di seluruh dunia.


Noor Tagouri telah menunjukkan keberanian dan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi tantangan yang dihadapinya. Meskipun menghadapi kontroversi dan serangan di media sosial, dia terus berdiri teguh dengan keyakinannya dan berusaha memberikan suara kepada mereka yang sering kali tidak didengar.


Dalam beberapa tahun terakhir, Tagouri telah menjadi ikon bagi perempuan Muslim di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Dia telah memotivasi generasi muda Muslimah untuk bermimpi lebih besar dan mengejar karier dalam bidang yang mereka minati, tanpa merasa terhalang oleh prasangka atau stereotype yang ada di masyarakat mayoritas non-muslim.


Noor Tagouri adalah bukti hidup bahwa keberagaman merupakan kekuatan yang memperkaya industri media. Dengan menjadi jurnalis Muslimah berhijab pertama yang berhasil menembus pasar media Amerika Serikat, dia telah membuka jalan bagi generasi mendatang untuk mengejar impian mereka dan memberikan kontribusi yang berarti dalam mewarnai lanskap media yang lebih inklusif dan beragam.


Dengan ketekunan dan semangatnya yang luar biasa, Noor Tagouri terus menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Kita semua berharap bahwa keberhasilannya akan merangsang perubahan yang lebih besar dalam industri media dan menghadirkan citra islam yang lebih kuat.



Penulis: Nusyaibah Iskandar