VOKALOKA.COM, Bandung – Teras Kayumanis merupakan sebuah cafe hidden gem yang terletak di Jalan Cilengkrang II No.79 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung atau lebih dikenal dengan Bandung Timur. Mengusung tema outdoor dan suasana vintage dengan ornamen-ornamen kayu yang membuat cafe lebih menarik dan aesthetic.
Dengan lahan yang luas (sekitar 2000 meter persegi), Teras Kayumanis ini merupakan bangunan bertingkat dua, menjadikannya terdapat beberapa area. Di lantai atas, sebelah Barat, disediakan beberapa sofa yang tempatnya cukup privat. Sebelah Timur, disediakan kursi dan meja yang terbuat dari kayu. Di sini kita bisa langsung menuju ke bawah di mana ada kolam ikan yang cukup luas dan ditumbuhi teratai.
Dipinggir-pinggir kolam tersebut juga disediakan kursi dan meja apabila ada pengunjung yang ingin menikmati suasana yang lebih terbuka dan dekat dengan alam. Dengan pemandangan seperti itu, membuat suasana cafe menjadi lebih tenang.
Tak hanya itu, di sudut cafe yang ada di lantai bawah dekat kolam, ada area yang jauh dari lalu lalang orang. Area ini cocok untuk anak muda atau mahasiswa yang sedang nongkrong sambil mengerjakan tugas. Lalu di sebelah Timur dekat kolam, terdapat tempat khusus untuk live music yang ada setiap hari Rabu dan Sabtu mulai dari sore sampai malam hari.
"Kami juga ada live music setiap hari Rabu dan Sabtu dari sore sampai malam," kata Evi, salah satu owner di Teras Kayumanis.
Cafe ini beroperasi setiap hari, pada weekday buka dari pukul 11.00 WIB sampai 22.00 WIB, sementara weekend, tutup pada pukul 23.00 WIB. Pengunjung di cafe ini cukup banyak walaupun lokasinya jauh dari tengah kota. Rata-rata bisa sekitar 200 sampai 300 orang.
"Karena tempat ini sebenarnya adalah tempat tinggal kami (Evi dan keluarga), karena halamannya luas, kita manfaatin untuk jadi tempat usaha. Lokasinya yang jauh dari tengah kota dan bukan area wisata menjadi salah sutu kendala kami untuk membangun branding Teras Kayumanis. Hanya saja kita berfokus di area Timur dulu, supaya orang-orang tahu bahwa ada Teras Kayumanis. Untuk area lain kalau ada yang berkunjung, itu merupakan bonus bagi kita. Rata-rata yang datang sekitar 200 sampai 300 orang kalau ramai," tambah Evi.
Owner Teras Kayumanis yang merupakan sepasang suami istri ini menceritakan bahwa pada awalnya mereka hanya iseng karena melihat halaman rumahnya yang luas dan mengingat hobi mereka yang suka mencoba berbagai kuliner membuat mereka terinspirasi untuk membangun usaha kuliner dengan memanfaatkan lahan yang ada.
"Saya nggak punya background masak. Saya dan suami suka kuliner, kami suka mencoba-coba kuliner A, B, sampai C, lalu akhirnya kami mencoba me-recreate. Walaupun berkali-kali gagal dalam membuat menu, kami selalu belajar dari kegagalan-kegagalan itu. Sampai pada akhirnya terinspirasi untuk memulai usaha kuliner, juga karena melihat halaman rumah yang memadai, dan kemudian bisa membangun usaha ini," ujar Evi.
Pada awalnya di tahun 2019, cafe ini bernama Kayumanis dan hanya menjual olahan pastry saja. Namun, kemudian berubah menjadi Bakmie Kayumanis, bertambah dengan menjual bakmie. Sampai akhirnya sekarang namanya menjadi Teras Kayumanis karena ingin mengubah konsep yang sasaran awalnya hanya kalangan muda saja, saat ini bertambah sasarannya yaitu keluarga.
"Tahun 2019 namanya Kayumanis, hanya jual pastry. Kemudian diganti menjadi Bakmie Kayumanis. Dulu orderan yang datang via online dan sistemnya pre-order. Awalnya karena fasilitas tempat yang masih seadanya dan hanya menjual pastry, jadi sasarannya hanya mahasiswa. Tapi setelah berganti konsep menjadi coffee and resto, sasarannya bertambah menjadi family (keluarga). Kami ubah mulai dari suasana, menu, sampai harganya," kata Evi.
Menu yang paling banyak dipesan atau best seller di Teras Kayumanis adalah bakmie. Karena bakmienya benar-benar original olahan sendiri, dari mulai mie sampai pangsitnya. Dan rencana kedepannya, Teras Kayumanis akan menyediakan bahan baku seperti mie dan pangsit untuk dijual oleh reseller.
Megha Nur Rahmayani
Dengan lahan yang luas (sekitar 2000 meter persegi), Teras Kayumanis ini merupakan bangunan bertingkat dua, menjadikannya terdapat beberapa area. Di lantai atas, sebelah Barat, disediakan beberapa sofa yang tempatnya cukup privat. Sebelah Timur, disediakan kursi dan meja yang terbuat dari kayu. Di sini kita bisa langsung menuju ke bawah di mana ada kolam ikan yang cukup luas dan ditumbuhi teratai.
Dipinggir-pinggir kolam tersebut juga disediakan kursi dan meja apabila ada pengunjung yang ingin menikmati suasana yang lebih terbuka dan dekat dengan alam. Dengan pemandangan seperti itu, membuat suasana cafe menjadi lebih tenang.
Tak hanya itu, di sudut cafe yang ada di lantai bawah dekat kolam, ada area yang jauh dari lalu lalang orang. Area ini cocok untuk anak muda atau mahasiswa yang sedang nongkrong sambil mengerjakan tugas. Lalu di sebelah Timur dekat kolam, terdapat tempat khusus untuk live music yang ada setiap hari Rabu dan Sabtu mulai dari sore sampai malam hari.
"Kami juga ada live music setiap hari Rabu dan Sabtu dari sore sampai malam," kata Evi, salah satu owner di Teras Kayumanis.
Cafe ini beroperasi setiap hari, pada weekday buka dari pukul 11.00 WIB sampai 22.00 WIB, sementara weekend, tutup pada pukul 23.00 WIB. Pengunjung di cafe ini cukup banyak walaupun lokasinya jauh dari tengah kota. Rata-rata bisa sekitar 200 sampai 300 orang.
"Karena tempat ini sebenarnya adalah tempat tinggal kami (Evi dan keluarga), karena halamannya luas, kita manfaatin untuk jadi tempat usaha. Lokasinya yang jauh dari tengah kota dan bukan area wisata menjadi salah sutu kendala kami untuk membangun branding Teras Kayumanis. Hanya saja kita berfokus di area Timur dulu, supaya orang-orang tahu bahwa ada Teras Kayumanis. Untuk area lain kalau ada yang berkunjung, itu merupakan bonus bagi kita. Rata-rata yang datang sekitar 200 sampai 300 orang kalau ramai," tambah Evi.
Owner Teras Kayumanis yang merupakan sepasang suami istri ini menceritakan bahwa pada awalnya mereka hanya iseng karena melihat halaman rumahnya yang luas dan mengingat hobi mereka yang suka mencoba berbagai kuliner membuat mereka terinspirasi untuk membangun usaha kuliner dengan memanfaatkan lahan yang ada.
"Saya nggak punya background masak. Saya dan suami suka kuliner, kami suka mencoba-coba kuliner A, B, sampai C, lalu akhirnya kami mencoba me-recreate. Walaupun berkali-kali gagal dalam membuat menu, kami selalu belajar dari kegagalan-kegagalan itu. Sampai pada akhirnya terinspirasi untuk memulai usaha kuliner, juga karena melihat halaman rumah yang memadai, dan kemudian bisa membangun usaha ini," ujar Evi.
Pada awalnya di tahun 2019, cafe ini bernama Kayumanis dan hanya menjual olahan pastry saja. Namun, kemudian berubah menjadi Bakmie Kayumanis, bertambah dengan menjual bakmie. Sampai akhirnya sekarang namanya menjadi Teras Kayumanis karena ingin mengubah konsep yang sasaran awalnya hanya kalangan muda saja, saat ini bertambah sasarannya yaitu keluarga.
"Tahun 2019 namanya Kayumanis, hanya jual pastry. Kemudian diganti menjadi Bakmie Kayumanis. Dulu orderan yang datang via online dan sistemnya pre-order. Awalnya karena fasilitas tempat yang masih seadanya dan hanya menjual pastry, jadi sasarannya hanya mahasiswa. Tapi setelah berganti konsep menjadi coffee and resto, sasarannya bertambah menjadi family (keluarga). Kami ubah mulai dari suasana, menu, sampai harganya," kata Evi.
Menu yang paling banyak dipesan atau best seller di Teras Kayumanis adalah bakmie. Karena bakmienya benar-benar original olahan sendiri, dari mulai mie sampai pangsitnya. Dan rencana kedepannya, Teras Kayumanis akan menyediakan bahan baku seperti mie dan pangsit untuk dijual oleh reseller.
Megha Nur Rahmayani