VOKALOKA.COM, Bandung - TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sarimukti, Kelurahan Babakan Penghulu, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung, kini sudah mulai overload. Sehingga, DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Bandung memerintahkan 151 kelurahan yang berada di Kota Bandung untuk segera membudidayakan maggot yang berasal dari lalat BSF (Black Soldier Fly) sebagai bentuk penanganan sampah organik, sebagai upaya pengurangan beban tampung TPA Sarimukti, pada Senin (21/10/2024).
Setiap warga harus memisahkan antara sampah organik berupa makanan, sayuran, dan buah-buahan, serta sampah non-organik berupa plastik, kaleng, dan karet. Karena Dinas Lingkungan Hidup hanya mengangkut sampah non-organik, maka apabila terdapat warga yang masih menggabungkan sampah organik dan non-organik, Dinas Lingkungan Hidup tidak akan mengangkut sampah tersebut. Dinas Lingkungan Hidup meminta setiap kelurahan yang berada di Kota Bandung untuk mengumpulkan sampah sebanyak 300 kg/hari. Namun, nyatanya belum semua kelurahan dapat mengumpulkan sampah sebanyak itu, dikarenakan belum semua warga terbiasa memisahkan sampah organik dan non-organik.
Kegiatan budidaya maggot ini sudah dimulai pada bulan Januari 2024. Namun, diantara 151 kelurahan yang berada di Kota Bandung, ada sebagian kelurahan yang belum efektif dalam budidaya maggot ini. Namun, Kelurahan Babakan Penghulu ini sudah membudidayakan maggot, bahkan dinobatkan sebagai juara 3 budidaya maggot oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung saat mereka mengunjungi masing-masing kelurahan yang berada di Kota Bandung.
"Alhamdulillah kang kita dapet tempat budidaya maggot cukup luas disini, dan bisa ngelola magot dengan baik. Semua kita manfaatin, kang, mulai dari pupa bekas maggot kami giling, kemudian dijadikan pakan untuk ayam petelur. Terus dari sisa pakan si maggotnya kita jadiin pupuk kang. Ada yang kami buat halus, ada yang di buat kasar. Kadang ada juga yang beli kesini kang, tapi kalau warga sekitar mah kami kasih aja, karena kan Kami juga dapet dari SOD mereka," ucap Isep Sarif selaku pengelola maggot Kelurahan Babakan Penghulu.
Dalam pemberian pakan, Kelurahan Babakan Penghulu tidak langsung memberikan SOD (Sampah Organik Dapur) kepada maggot. Namun, para pengelola akan memfermentasi SOD terlebih dahulu selama 2-3 hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembusukan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Ketika sudah terfermentasi, SOD tersebut diberikan kepada maggot sebanyak dua hari sekali.
" Kalo enggak difermentasi teh baunya ganggu banget kang, kalo di fermentasi gini mah jadinya aroma-aroma tape gtu. Jadi, mengurangi pembusukan yang bisa ganggu lingkungan warga," ucap Dedi selaku pengelola maggot di Kelurahan Babakan Penghulu. Dedi juga berharap semoga permasalahan sampah di Kota Bandung segera terselesaikan.
Reporter: Rifqi Muhammad Rofiqi
Setiap warga harus memisahkan antara sampah organik berupa makanan, sayuran, dan buah-buahan, serta sampah non-organik berupa plastik, kaleng, dan karet. Karena Dinas Lingkungan Hidup hanya mengangkut sampah non-organik, maka apabila terdapat warga yang masih menggabungkan sampah organik dan non-organik, Dinas Lingkungan Hidup tidak akan mengangkut sampah tersebut. Dinas Lingkungan Hidup meminta setiap kelurahan yang berada di Kota Bandung untuk mengumpulkan sampah sebanyak 300 kg/hari. Namun, nyatanya belum semua kelurahan dapat mengumpulkan sampah sebanyak itu, dikarenakan belum semua warga terbiasa memisahkan sampah organik dan non-organik.
Kegiatan budidaya maggot ini sudah dimulai pada bulan Januari 2024. Namun, diantara 151 kelurahan yang berada di Kota Bandung, ada sebagian kelurahan yang belum efektif dalam budidaya maggot ini. Namun, Kelurahan Babakan Penghulu ini sudah membudidayakan maggot, bahkan dinobatkan sebagai juara 3 budidaya maggot oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung saat mereka mengunjungi masing-masing kelurahan yang berada di Kota Bandung.
"Alhamdulillah kang kita dapet tempat budidaya maggot cukup luas disini, dan bisa ngelola magot dengan baik. Semua kita manfaatin, kang, mulai dari pupa bekas maggot kami giling, kemudian dijadikan pakan untuk ayam petelur. Terus dari sisa pakan si maggotnya kita jadiin pupuk kang. Ada yang kami buat halus, ada yang di buat kasar. Kadang ada juga yang beli kesini kang, tapi kalau warga sekitar mah kami kasih aja, karena kan Kami juga dapet dari SOD mereka," ucap Isep Sarif selaku pengelola maggot Kelurahan Babakan Penghulu.
Dalam pemberian pakan, Kelurahan Babakan Penghulu tidak langsung memberikan SOD (Sampah Organik Dapur) kepada maggot. Namun, para pengelola akan memfermentasi SOD terlebih dahulu selama 2-3 hari. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembusukan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Ketika sudah terfermentasi, SOD tersebut diberikan kepada maggot sebanyak dua hari sekali.
" Kalo enggak difermentasi teh baunya ganggu banget kang, kalo di fermentasi gini mah jadinya aroma-aroma tape gtu. Jadi, mengurangi pembusukan yang bisa ganggu lingkungan warga," ucap Dedi selaku pengelola maggot di Kelurahan Babakan Penghulu. Dedi juga berharap semoga permasalahan sampah di Kota Bandung segera terselesaikan.
Reporter: Rifqi Muhammad Rofiqi