Di balik pintu asrama sederhana, tersimpan cerita ribuan anak pesantren yang menjalani hidup dalam kesahajaan. Setiap hari mereka memulai aktivitasnya dengan doa, mengaji, dan menimba ilmu, membangun mental dan spiritual untuk menjadi generasi pembawa kebaikan. Kehidupan pesantren menjadi gambaran harmoni antara kesederhanaan, ketulusan, dan cita-cita besar, yang jarang ditemukan di luar sana.
Pesantren adalah tempat di mana anak-anak diajarkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, disiplin, dan rasa hormat. Mereka diajarkan untuk selalu menghormati orang tua, guru, dan sesama teman. Hal ini membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang matang dan berakhlak mulia.
Ketika menjelang pagi setelah shalat subuh santri duduk bersila, masing-masing memegang kitab kuning—lembaran-lembaran dengan tulisan Arab gundul yang terlihat rumit bagi orang awam. Mereka tidak hanya membaca, tetapi juga mengurai makna, mempelajari tafsir, dan memahami konteks. Mengaji kitab kuning bukan sekadar rutinitas harian; itu adalah perjalanan intelektual dan spiritual yang menghubungkan mereka dengan tradisi keilmuan para ulama terdahulu.
Menjadi santri tentu tidak selalu mudah. Tinggal jauh dari keluarga, mematuhi aturan, dan menghadapi rutinitas padat adalah tantangan yang mereka hadapi setiap hari. Namun, di balik itu, mereka menemukan keindahan: ikatan persaudaraan yang kuat, kedekatan dengan Allah, dan pencapaian pribadi yang membanggakan.
Kehidupan di pesantren mungkin tampak sederhana, tetapi di dalamnya terdapat kekayaan yang luar biasa. Para santri tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berakhlak mulia, dan siap berkontribusi untuk masyarakat. Dari balik pintu-pintu asrama itu, lahirlah generasi yang memadukan ilmu dan iman, membawa cahaya di tengah zaman yang penuh tantangan.
Penulis : Sri Susanti
No comments
Post a Comment