Unsur Mistis dalam Tradisi Reak yang Tetap Lestari di Kelurahan Palasari



VOKALOKA.COM, Bandung - Kelurahan Palasari, Kabupaten Bandung, memiliki tradisi reak yang senantiasa dijaga sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal masyarakat Sunda, khususnya di Desa Palasari. Reak, yang dikenal sebagai bentuk kesenian rakyat, memadukan unsur musik, tarian, dan seni pertunjukan, menghadirkan nuansa mistis dan magis yang membuatnya tetap menarik hingga saat ini. 

Dalam pertunjukannya, seni reak menampilkan iringan musik gamelan yang rancak dan tarian dinamis. Salah satu elemen paling ikonik adalah kehadiran barongan, yang menyerupai sosok harimau atau makhluk mistis lainnya. Tak jarang, para penari yang kesurupan akan menampilkan gerakan tak terduga, yang semakin memperkuat unsur mistis pertunjukan. 

Di Palasari, reak sering dihadirkan dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan, khitanan, atau hajatan besar lainnya. Masyarakat setempat percaya bahwa pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai upaya meminta berkah dan perlindungan dari kekuatan gaib. Ritual ini dianggap sakral, terutama saat penari atau penonton mengalami trance atau kesurupan. 

Menurut salah seorang tokoh masyarakat Palasari, Zufi, tradisi reak menjadi simbol kebersamaan dan warisan leluhur yang harus dilestarikan. "Kami di sini selalu mengadakan latihan secara rutin agar generasi muda tetap terlibat. Ini bukan sekadar kesenian, tapi juga bagian dari identitas kami," ujarnya. 

Namun, budaya reak juga menghadapi tantangan di tengah arus modernisasi. Minat generasi muda terhadap tradisi lokal kadang menurun akibat pengaruh budaya populer dan perkembangan teknologi. Untuk menjaga keberlanjutannya, beberapa komunitas seni di Palasari bekerja sama dengan sekolah dan pemerintah daerah dalam menggelar festival budaya reak secara rutin. 

Melalui upaya pelestarian ini, diharapkan reak tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin dikenal oleh masyarakat luas sebagai warisan budaya Kabupaten Bandung yang berharga. Seni reak bukan sekadar pertunjukan, melainkan cerminan kekayaan spiritual dan kearifan lokal masyarakat Palasari yang patut dibanggakan. Reak bukan sekadar pertunjukan musik dan tari, tetapi juga merupakan cerminan jati diri masyarakat Sunda yang berakar pada sejarah dan tradisi nenek moyang. 

Keunikan reak terletak pada unsur kesurupan trance yang dipercaya sebagai wujud komunikasi dengan kekuatan gaib di mana makhluk mitologis berbentuk harimau atau naga, yang menjadi daya tarik utama bagi penonton. Musik gamelan yang dinamis mengiringi setiap gerakan para penari, menambah nuansa sakral dan energik dalam pertunjukan. Dalam upaya memperkenalkan budaya reak secara lebih luas, masyarakat Palasari bersama pemerintah daerah dan komunitas seni setempat aktif mempromosikan seni ini melalui berbagai kegiatan. 

Festival budaya reak rutin digelar setiap tahun, di mana pertunjukan reak dipadukan dengan acara-acara lainnya seperti pameran seni tradisional dan kuliner khas Sunda. Selain itu, komunitas-komunitas seni juga mengadakan pelatihan bagi generasi muda agar mereka bisa terlibat langsung dalam pelestarian budaya reak. Melalui media sosial dan dukungan dari pemerintah, pertunjukan reak kerap didokumentasikan dan dibagikan ke platform digital, memperluas jangkauan penonton hingga ke luar Kabupaten Bandung.
 
"Ini bukan hanya tentang melestarikan tradisi, tetapi juga memperkenalkan reak sebagai warisan budaya yang bisa bersaing di tingkat nasional maupun internasional," ujar Dede, salah satu pelatih seni reak di Palasari. 

Meskipun sudah mendapat perhatian lebih, budaya reak tetap menghadapi tantangan di tengah modernisasi. Beberapa anak muda cenderung lebih tertarik dengan hiburan modern, seperti musik populer dan media digital. Untuk itu, pemerintah daerah dan komunitas seni bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk memasukkan seni reak dalam kegiatan ekstrakurikuler. Dengan berbagai upaya promosi dan publikasi yang dilakukan, masyarakat Palasari berharap budaya reak bisa terus hidup dan berkembang. Reak bukan hanya bentuk seni hiburan, tetapi juga warisan leluhur yang mengandung unsur kemanusiaan yang mendalam; kenangan. 

 Reporter: Umar Biliqoillah


No comments

Post a Comment