VOKALOKA.COM, Bandung - Di tengah gejolak dunia yang kerap dipenuhi dengan konflik dan perbedaan, Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman yang kaya, terus menunjukkan contoh bahwa perdamaian dapat diwujudkan melalui sikap toleransi beragama. Tema "Merajut Perdamaian Merawat Keberagaman" menjadi saksi bisu dari upaya bersama untuk mempertahankan keharmonisan di antara warga yang memiliki latar belakang agama yang berbeda.
Indonesia, dengan lebih dari 300 suku dan 700 bahasa daerah, telah menjadi rumah bagi berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keberagaman ini, jauh dari menjadi pemicu konflik, sebaliknya menjadi kekayaan dan sumber kekuatan bangsa. Toleransi beragama menjadi fondasi yang kuat, mengikat satu sama lain dalam semangat gotong royong untuk mencapai tujuan bersama: perdamaian.
Salah satu contoh konkret toleransi beragama dapat ditemukan di Pesantren Mahasiswa Universal ketika menggelar acara dialog persahabatan bertajuk Merajuk Damai Merawat Toleransi, Senin (27/11/2023) malam.
Pentingnya pendidikan dalam membangun toleransi beragama juga tidak bisa diabaikan. Melalui sistem pendidikan yang inklusif, generasi muda diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menghormati hak setiap individu untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Tatang Astarudin menyebutkan, bahwa Pesantren Universal memiliki visi misi menjadikan pesantren sebagai pusat keunggulan dalam pengalaman dan relevansi nilai-nilai keislaman yang inklusif, transformatif, emansipatoris.
Bukan hanya itu, lanjutnya, Pesantren Universal juga menginginkan agar para santri dan alumninya menguasai ilmu-ilmu keislaman yang inklusif, empatik dan toleran.
Namun, tantangan terus ada. Munculnya isu-isu sensitif yang dapat memecah belah masyarakat mengingatkan kita untuk tetap berkomitmen pada prinsip toleransi. Peran pemimpin agama, tokoh masyarakat, dan media massa menjadi krusial dalam menyebarkan pesan perdamaian dan menghindari penyebaran sikap radikal yang dapat merusak keberagaman.
Dalam konteks globalisasi, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperluas jaringan toleransi beragama. Kolaborasi internasional yang melibatkan negara-negara dengan latar belakang agama yang beragam dapat menjadi pintu menuju dunia yang lebih damai. Pertukaran budaya, dialog antaragama, dan kerjasama lintas batas dapat menjadi langkah konkret untuk membangun jembatan perdamaian di tengah-tengah perbedaan.
Sebagai warga negara Indonesia, mari kita bersama-sama merajut perdamaian dengan merawat keberagaman. Toleransi beragama bukanlah sekadar wacana, melainkan sikap hidup yang tercermin dalam tindakan sehari-hari. Dengan berpegang teguh pada semangat Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia dapat terus menjadi contoh bagi dunia bahwa perdamaian sejati dapat dicapai melalui kasih sayang, pengertian, dan toleransi yang tulus.
Penulis: Riza Abdul Gani
Indonesia, dengan lebih dari 300 suku dan 700 bahasa daerah, telah menjadi rumah bagi berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keberagaman ini, jauh dari menjadi pemicu konflik, sebaliknya menjadi kekayaan dan sumber kekuatan bangsa. Toleransi beragama menjadi fondasi yang kuat, mengikat satu sama lain dalam semangat gotong royong untuk mencapai tujuan bersama: perdamaian.
Salah satu contoh konkret toleransi beragama dapat ditemukan di Pesantren Mahasiswa Universal ketika menggelar acara dialog persahabatan bertajuk Merajuk Damai Merawat Toleransi, Senin (27/11/2023) malam.
Pentingnya pendidikan dalam membangun toleransi beragama juga tidak bisa diabaikan. Melalui sistem pendidikan yang inklusif, generasi muda diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menghormati hak setiap individu untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya. Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Tatang Astarudin menyebutkan, bahwa Pesantren Universal memiliki visi misi menjadikan pesantren sebagai pusat keunggulan dalam pengalaman dan relevansi nilai-nilai keislaman yang inklusif, transformatif, emansipatoris.
Bukan hanya itu, lanjutnya, Pesantren Universal juga menginginkan agar para santri dan alumninya menguasai ilmu-ilmu keislaman yang inklusif, empatik dan toleran.
Namun, tantangan terus ada. Munculnya isu-isu sensitif yang dapat memecah belah masyarakat mengingatkan kita untuk tetap berkomitmen pada prinsip toleransi. Peran pemimpin agama, tokoh masyarakat, dan media massa menjadi krusial dalam menyebarkan pesan perdamaian dan menghindari penyebaran sikap radikal yang dapat merusak keberagaman.
Dalam konteks globalisasi, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperluas jaringan toleransi beragama. Kolaborasi internasional yang melibatkan negara-negara dengan latar belakang agama yang beragam dapat menjadi pintu menuju dunia yang lebih damai. Pertukaran budaya, dialog antaragama, dan kerjasama lintas batas dapat menjadi langkah konkret untuk membangun jembatan perdamaian di tengah-tengah perbedaan.
Sebagai warga negara Indonesia, mari kita bersama-sama merajut perdamaian dengan merawat keberagaman. Toleransi beragama bukanlah sekadar wacana, melainkan sikap hidup yang tercermin dalam tindakan sehari-hari. Dengan berpegang teguh pada semangat Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia dapat terus menjadi contoh bagi dunia bahwa perdamaian sejati dapat dicapai melalui kasih sayang, pengertian, dan toleransi yang tulus.
Penulis: Riza Abdul Gani
No comments
Post a Comment