Introduction
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
terdiri dari berbagai suku yang memiliki budaya yang beragam. Namun
kesadaran nasionalisme, nilai-nilai budaya nasional, dan tradisi belum tertanam di benak masyarakat Indonesia.
Keadaan ini membuat nilai-nilai
keindonesiaan sampai ke akar-akarnya dan mencari sumbernya.
Di zaman modern, kearifan lokal semakin tertindas dan terlupakan.
Orang cenderung menganggap sesuatu yang diimpor dari peradaban Barat sebagai hal
yang modern. Menjadi modern adalah suatu keharusan agar bisa bersaing dengan
negara-negara modern di dunia. Modernitas adalah tujuannya. Meskipun tujuan
menjadi bangsa modern mungkin sama bagi seluruh umat manusia, namun cara
mencapainya mungkin berbeda dan hasil modernisasi juga mungkin berbeda.
Perbedaan modernitas merupakan warisan gagasan lokal yang telah ada di setiap
daerah selama berabad-abad.
Pembelajaran dasar-dasar cara berpikir lokal memberikan pemahaman
bersama tentang kehidupan berbangsa dengan cara berpikir lokal yang sangat
beragam. Hidup bersama di Indonesia memerlukan saling memahami kearifan lokal.
Memaksakan gagasan lokal tertentu kepada orang lain dapat dengan mudah
menimbulkan kesalahpahaman.
Masyarakat adat setempat mempunyai kewajiban untuk kembali pada
jati dirinya dengan menggali dan memaknai nilai-nilai luhur budaya yang ada
sebagai sumber kearifan lokal. Upaya ini
harus dilakukan untuk mengungkap makna substantif kearifan lokal. Oleh karena
itu, masyarakat harus mengembangkan kesadaran, integritas, seperangkat
nilai-nilai budaya yang luhur, dan mensosialisasikannya menjadi prinsip-prinsip
kehidupan yang bermartabat.
Dalam rangka menggali dan melestarikan nilai kearifan lokal,
masyarakat desa Sodong Tambaksari Ciamis, anggota masyarakat adat atau
komunitas Geger Sunten, melestarikan budaya tradisional yang merupakan adat
masyarakat setempat dengan cara menjalankan praktek-praktek adat, salah satunya
adalah “Seren Taun”.
Method
Manusia dalam hidup bermasyarakat banyak mendapatkan tantangan.
Dari setiap tantangan tersebut pasti akan menimbulkan respon, baik respon
positif maupun negatif seperti dikatakan oleh Arnold J. Toynbee seorang
sejarawan Inggris yang lahir tahun 1889, yang menggemparkan sejarah dunia
dengan karangannya: A Study Of History terdiri dari 12 jilid yang tebal.
Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan berbagai kebudayaan di dunia, yang
berpandangan bahwa kebudayaan akan berkembang dan mencapai puncaknya kemudian
akhirnya menghasilkan sesuatu yang gemilang. Kesimpulan dari teorinya adalah
bahwa dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang menguasai dan
mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.
Arnold J. Toynbee telah memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan
teori Challange and Response. Berdasarkan teori tersebut, budaya bisa
muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan alam sekitarnya, serta
pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan oleh sebagian kecil pemilik kebudayaan.
Selain itu menurut Arnold J. Toynbee tantangan dan respon muncul akibat dari
adanya kausalitas baik dalam ide, wacana, maupun gerak.
Tantangan dan respons adalah teori mengenai dialektika sejarah dan
budaya akibat kausalitas dari adanya tantangan dan respons, baik dalam ide,
wacana, maupun gerakan. Gerak siklus sejarah (yang mengikuti proses
lahir-berkembang-runtuh) yang dirumuskan dalam teori Challenge and Response,
bahwa peradaban modern selanjutnya mengalami kehancuran karena ide
progresivisme bertentangan dengan hakekat nature (alam).
Teori ini mengatakan setiap gerakan sejarah timbul karena ada
rangsangan, sehingga akan muncul reaksi yang melahirkan perubahan. Rangsangan
ini cenderung dilakukan oleh segelintir orang yang dinamakan sebagai kelompok
minoritas dominan.
Pertumbuhan peradaban tergantung pada perilaku minoritas (elite)
kreatif. Seluruh tindakan sosial adalah kaya individu-individu pencipta, atau
terbanyak karya minoritas kreatif. Namun kebanyakan umat manusia cenderung
tetap terperosok dengan cara-cara hidup lama. Dengan pimpinan elite, peradaban
akan tumbuh melalui serentetan tanggapan yang berhasil menghadapi tantangan
yang berkelanjutan.
Research
Upacara seren taun merupakan acara penyerahan hasil bumi berupa
padi yang dihasilkan dalam kurun waktu satu tahun untuk disimpan ke dalam
lumbung, atau dalam bahasa Sunda disebut leuit. Adat seren taun ini
dilaksanakan oleh masyarakat Kampung
Sodong Kecamatan Tambaksari Kabupaten
Ciamis. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Sunda.
Budaya yang masih tetap dipertahankan oleh masyarakat geger sunten
Kampung Sodong ini menunjukkan makna kebersamaan, menegakan kebenaran,
selamanya menggantungkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Falsafah yang menjadi
pegangannya “Tumut Dipitutur Sepuh, Taat dipituah rama”. Maksudnya
adalah tidak goyah dengan ketentuan adat yang sudah diamanatkan dari
leluhurnya, memegang teguh aturan adat walau banyak rintangan yang
menghalanginya. Sementara kondisi sosial keagamaan masyarakat Sodong Tambaksari
memeluk agama Islam. Adapun acara-acara adat yang biasa dilakukan, merupakan
warisan nenek moyang yang tidak bisa ditinggalkan demi mempertahankan budaya
leluhur yang dapat membangun karakter bangsa berupa nilai-nilai kearifan lokal
yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan.
Ritual adat seren taun di Kampung Sodong yang dimulai tahun 2003
ini, pada awalnya hanya berbentuk prosesi yang sederhana dan tertutup dalam
arti belum dikenal oleh masyarakat luas. Mulai tahun 2009 baru terbuka untuk
umum masyarakat luas sebagai tempat wisata dan sejarah adat sunda, bahkan
kalangan tokoh yang mempunyai perhatian terhadap adat masyarakat sunda pun
hadir dari berbagai kalangan dan berbagai daerah.
Dalam acara seren taun tersebut, rangkaian acaranya diawali dengan
beberapa sambutan dari pemerintahan, tokoh masyarakat dan dari ketua adat
sendiri. Setelah sambutan-sambutan, dilanjutkan dengan acara pokok seren taun.
Dengan dibarengi musik gamelan kesenian adat sunda setempat, prosesi acara adat
seren taun pun digelar. Hal yang paling penting dalam acara itu dan merupakan
ciri khusus adat seren taun di kampung
Sodong adalah apa yang disebut “Bentang Boeh Larang”. Dalam acara seren taun
itu kain putih yang ukuran 2 x 3 meter yang tidak dijait (seperti kain ihram)
dibentangkan oleh 6 perempuan, yang tetap diiringi musik dan do’a-do’a yang
dipanjatkan. Semua personil acara seren taun itu jumlahnya ada 17 orang.
Kain putih tersebut terus dibentangkan sampai acara selesai.
Dibelakangnya diikuti oleh pengikut perempuan juga yang membawa berbagai
makanan berupa bebetian. Tampak empat sasajen yang berisi berbagai hasil bumi
dihiasi dengan hiasan janur. Sasajen ini merupakan adeg-adeg dari pucuk,
kembang, buah, dan beuti. Sementara di sisi lainnya, sebuah kotak besar yang
merupakan leuit berukuran kecil tampak ditutupi oleh kain hitam. Leuit ini
dalam masyarakat adat, disebut juga Leuit Ratna Inten, Si Jimat atau Leuit Indung.
Leuit tersebut merupakan tempat untuk ngaruwat Pohaci. Di dalamnya
tersimpan dua jenis padi yang disebut pare indung yang ditutup dengan kain
putih dan pare abah yang ditutup dengan kain hitam. Kedua padi itu merupakan
benih unggulan hasil panen masyarkat yang diserahkan kepada ketua adat. Benih
yang sudah diberkati ini disimpan di dalam leuit untuk dijadikan bibit padi
untuk ditanam di musim tani berikutnya. Dalam acara tersebut ada juga prosesi
memercikan air ke arah kain, berdo’a sambil membakar kemenyan.
Setelah acara selesai dan prosesi adat telah sempurna, kain putih
tersebut dilipat dan disimpan lagi untuk acara adat tahun selanjutnya. Kemudian
semua yang hadir bergabung untuk menikmati makanan yang sudah disediakan. Tidak
ada pembatas antara semua yang hadir untuk sama-sama menikmati makanan, baik
yang dibawa masing-masing atau yang sudah disediakan oleh ketua adat sendiri.
Semua bergabung tidak ada pembatas, baik status sosial ataupun antara yang tua,
muda, anak-anak semua campur bergabung.
Selanjutnya, acara diteruskan pada malam hari dengan menggelar
pengajian berupa siraman rohani untuk masyarakat yang dipimpin oleh ulama
setempat atau mendatangkan dari luar daerah. Sehingga dalam rangkaian acara
adat seren taun di Kampung Sodong yang digelar dari siang sampai malam ada
semacam nilai keseimbangan antara budaya adat dan penanaman syariat Islam yang
disampaikan dari tokoh agama.
Makna dari Upacara Seren Taun adalah serah terima tahun lampau kepada tahun yang
akan datang, dan merupakan wahana syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
hasil panen yang dilaksanakan pada tahun terdahulu disertai harapan agar tahun
selanjutnya kehidupan pertanian akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Tradisi
ini sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Sunda.
Dari semua keterangan di atas, intinya acara adat seren taun yang
dilaksanakan di daerah-daerah, khususnya Jawa Barat, walaupun ada kekhasan
masing-masing daerah, akan tetapi secara umum mempunyai maksud yang sama yaitu
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt, atas nikmat yang telah diberikan
pada tahun yang lalu, dengan harapan pada tahun mendatang segala sesuatunya
akan lebih baik.
Dari setiap rangkaian upacara adat seren taun yang digelar oleh
masyarakat adat Kampung Sodong tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Makna
itu adalah berupa nilai-nilai kearifan lokal yang bisa diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kearifan lokal itu, di antaranya :
1.
Tanggung jawab
2.
Menjauhkan kesombongan
3.
Gotong royong
4.
Toleransi
5.
Tanda syukur
Analysis
Nilai kearifan lokal merupakan proses yang ditimbulkan dari hasil
pelaksanaan upacara adat seren taun. Dengan demikian challenge dan response
tersebut berinteraksi dan menunjukkan pola atau struktur tertentu dalam
perkembangannya.
Aktivitas budaya sebagai aktivitas fisik yang disadari, dimengerti,
dan direncanakan berkaitan sangat erat dengan nilai-nilai. Tidak saja
menciptakan nilai terhadap karya budaya, tetapi juga terikat oleh nilai-nilai,
baik nilai estetika, logika ataupun etika. Oleh karena itu, aktivitas budaya
dalam segala perwujudannya selalu memperhatikan nilai-nilai estetika, juga
tidak dapat mengabaikan nlai-nilai logika atau epistemologi dan tidak pula
melepaskan diri dari nilai etika, karena ia pada dasarnya merupakan proses
perwujudan nilai-nilai itu sendiri.
Aktivitas seni budaya pada masyarakat Adat seolah menjadi satu
kewajiban, sehingga rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh
tingginya keyakinan masyarakat akan nilai-nilai seni budaya yang terkandung di
dalamnya. Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat
membentuk karakter dan citra budaya pada
masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan
identitas budaya suatu daerah.
Masyarakat kampung Sodong
Tambaksari Ciamis yang tergabung dalam komunitas masyarakat adat Geger Sunten
berusaha melestarikan kebudayaan tradisional yang merupakan adat masyarakat
setempat dengan menggelar upacara adat “Seren Taun” (mapag taun).
Discussion
Rangkaian acara adat seren taun itu sebagai upaya atau cara untuk
mempertahankan nilai kearifan lokal yang membentuk karakter bangsa yang
bermartabat. Dimana nilai-nilai tersebut di zaman sekarang ini sudah mulai
terlupakan dan ditinggalkan.
Dari acara adat seren taun yang diselenggarakan oleh masyarakat
adat Kampung Sodong Tambaksari Ciamis tersebut ada nilai-nilai kearifan lokal
yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya tanggung
jawab, menjauhkan kesombongan, saling menghormati/toleransi, gotong royong, dan
tanda syukur.
Dengan demikian, acara adat seren taun dalam budaya lokal
memerlukan peran generasi muda kita agar nilai dalam unsur kebudayaan yang ada
di Indonesia tetap melekat pada diri generasi muda kita agar tidak hilang suatu
ajaran yang bernilai positif pada kebudayaan yang ada di Indonesia dan
terimplementasikan dalam kehidupan konkret sehari-hari sehingga mampu merespons
dan menjawab arus zaman yang telah berubah.
No comments
Post a Comment