Kepala UPTD Puskesmas Cipadung: New Stunting 2023, Banyak Faktor Penyebabnya

VOKALOKA.COM, Bandung – UPTD Puskesmas Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung melakukan publikasi dan sosialisasi data stunting tahun 2023 di kantor Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung pada Selasa (31/10/2023). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua TP (Tim Penggerak) PKK Cibiru, Lurah Palasari, dan seluruh ketua Posyandu serta ketua RW Kelurahan Palasari. Berdasakan data yang diperoleh dari tahun 2020 hingga 2022, angka stunting terus menurun. Namun di tahun 2023 ini, angka stunting tersebut tiba-tiba melonjak naik yang mengakibatkan new stunting.

Kasus stunting yang baru atau new stunting disebabkan oleh banyak faktor (multi dimensi). Sehingga untuk mengubah new stunting menjadi zero stunting kembali merupakan tanggung jawab bersama, mulai dari kelurahan, UPTD Puskesmas, Dinas Kesehatan, dinas-dinas lain, hingga masyarakat.

"Jangan saling menyalahkan, karena stunting ini faktor penyebabnya sangat banyak (multi dimensi). Jadi jangan menyalahkan salah satu pihak saja, karena merupakan tanggung jawab kita bersama di wilayah untuk menangani kasus new stunting," ujar Rahmi, Kepala UPTD Puskesmas Cipadung.

Kepala UPTD Puskesmas Cipadung juga menyatakan bahwa munculnya kasus stunting yang baru ini, perlu adanya validasi data. Petugas Puskesmas menerima data yang diinput kader Posyandu melalui sistem informasi gizi terpadu atau aplikasi Kemenkes RI yaitu E-PPGBM (Elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dan kemudian data tersebut divalidasi.  Namun validasi yang harus dilakukan ternyata cukup kompleks dan rumit, apalagi untuk melihat histori dari banyaknya balita.

"Dari 30 kecamatan, jumlah sasarannya (balita) itu, turun dari 120.000 menjadi 110.000 di tahun 2022. Yang saya takutkan, data-data yang masuk malah memperbanyak angka stunting kita," tambahnya.

Beliau juga menjelaskan bahwa pengukuran untuk BPB (Bulan Penimbangan Balita) dan pemberian vitamin A dilakukan pada bulan Agustus. Sasaran yang menurun pada bulan Agustus menyebabkan angka pembaginya menjadi lebih kecil, sehingga meningkatkan presentase stunting. Ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting.

"Kenaikan atau bertambahnya angka stunting tidak disebabkan karena penularan. Karena stunting bukanlah penyakit yang menular. Namun jika ibu dari balita mengalami stunting, besar kemungkinan balita tersebut mengalami stunting juga," kata Rahmi.

Kemudian Rahmi mengatakan bahwa stunting ini juga tidak terlepas dari pola asuh para ibu muda. Mereka  memberikan anaknya makanan yang kurang sekali gizinya.

 "Maka dari itu, untuk mengantisipasi bertambahnya kasus stunting, kita intervensi diberbagai fase pemerintah. Misalnya, kita melakukan sosialisasi mengenai stunting kepada remaja putri supaya pola pikir mereka berubah," ucap Rahmi.

Publikasi dan sosialisasi yang dilakukan ini merupakan upaya kabupaten/kota untuk memperoleh data prevalensi stunting terkini pada skala layanan Puskesmas, kecamatan, dan kelurahan/desa. Dengan tujuan sebagai peningkatan kesadaran dan partisipasi keluarga, pengasuh, dan masyarakat untuk menjaga pertumbuhan anak balita yang optimal.


- Megha Nur Rahmayani

No comments

Post a Comment