VOKALOKA.COM - Bandung, Dalam menghadapi era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, peran intelektual muda Muslim dianggap sangat krusial dalam mewujudkan masjid kampus yang berkemajuan dan moderat. "Intelektual muda memiliki potensi besar sebagai agen perubahan untuk membawa inovasi dan pemikiran segar dalam pengembangan masyarakat melalui masjid kampus," ungkap Dr. Aisha Rahman, seorang akademisi Islam dan pembicara utama dalam Jambore Nasional AMKI Muda.
Meski demikian, sejumlah tantangan kompleks masih dihadapi dalam merealisasikan peran mereka. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh panitia Jambore, faktor utama yang mempengaruhi peran intelektual muda Muslim melibatkan kurangnya pemahaman mendalam tentang Islam yang inklusif dan kontekstual, serta minimnya ruang diskusi dan dialog terbuka untuk mengembangkan ide-ide baru. "Kami melihat kebutuhan mendesak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung diskusi terbuka dan pengembangan pemikiran kritis di antara intelektual muda Muslim," kata Hasan Ibrahim, ketua panitia acara.
Dampak minimnya pemahaman tentang peran intelektual dalam konteks keagamaan juga terasa kuat. "Seringkali, intelektual muda kurang menyadari potensi mereka dalam membentuk arah pemikiran dan tindakan di dalam masjid kampus," tambah Dr. Fatima Abdul Aziz, seorang pakar studi keagamaan yang ikut berkontribusi dalam perencanaan Jambore Nasional AMKI Muda.
Untuk mengatasi kompleksitas tantangan ini, Jambore Nasional AMKI Muda diinisiasi sebagai langkah konkret dalam membentuk pribadi intelektual muda Muslim, terutama yang berkhidmat di masjid kampus, sebagai penggerak utama dalam mewujudkan masjid kampus yang berkemajuan dan moderat. "Kami berharap melalui Jambore ini, peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga membangun jejaring yang kokoh untuk saling mendukung dalam peran mereka sebagai pemimpin masa depan," ujar Sarah Hidayah, salah satu peserta aktif dalam kegiatan keagamaan kampus.
Jambore Nasional AMKI Muda menyediakan platform bagi para intelektual muda Muslim untuk saling berbagi pemahaman tentang Islam yang inklusif dan kontekstual. Melalui serangkaian diskusi, seminar, dan lokakarya, peserta diharapkan dapat mengembangkan ide-ide baru yang relevan dengan perkembangan zaman. "Diskusi langsung ini memungkinkan kita melihat berbagai sudut pandang dan mencari solusi yang komprehensif untuk meningkatkan peran masjid kampus," jelas Dr. Aisha Rahman.
Selain itu, terbuka ruang dialog untuk membahas peran intelektual dalam konteks keagamaan, sehingga masjid kampus dapat kembali menjadi pusat peradaban dan pengembangan ilmu pengetahuan. "Saya percaya bahwa melalui dialog terbuka, kita dapat menciptakan pemahaman bersama tentang bagaimana intelektual muda dapat berkontribusi secara positif dalam konteks keagamaan," kata Hasan Ibrahim.
Tak hanya itu, Jambore Nasional AMKI Muda juga membentuk jejaring di tingkat nasional dan internasional. "Jejaring ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar dari pengalaman dan praktik terbaik di berbagai belahan dunia," tutur Dr. Fatima Abdul Aziz. Ini bertujuan untuk memperluas cakupan pengaruh intelektual muda Muslim dan memfasilitasi pertukaran ide antarbangsa. Dengan demikian, para peserta dapat terinspirasi oleh inovasi dan praktik terbaik dari berbagai negara.
Melalui upaya konkret seperti Jambore Nasional AMKI Muda, diharapkan bahwa intelektual muda Muslim akan semakin mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dalam peran mereka untuk membangun masjid kampus yang berkemajuan dan moderat. Dengan karakter, khazanah keilmuan, inovasi, dan jejaring yang kuat, mereka dapat menjadi kekuatan positif dalam membentuk masa depan yang harmonis dan progresif bagi masyarakat Muslim dan dunia pada umumnya. "Kami percaya bahwa melalui kolaborasi dan kerja sama, kita dapat mencapai tujuan bersama untuk memajukan peran masjid kampus dalam pembangunan masyarakat," pungkas Sarah Hidayah dengan semangat.
Meski demikian, sejumlah tantangan kompleks masih dihadapi dalam merealisasikan peran mereka. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh panitia Jambore, faktor utama yang mempengaruhi peran intelektual muda Muslim melibatkan kurangnya pemahaman mendalam tentang Islam yang inklusif dan kontekstual, serta minimnya ruang diskusi dan dialog terbuka untuk mengembangkan ide-ide baru. "Kami melihat kebutuhan mendesak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung diskusi terbuka dan pengembangan pemikiran kritis di antara intelektual muda Muslim," kata Hasan Ibrahim, ketua panitia acara.
Dampak minimnya pemahaman tentang peran intelektual dalam konteks keagamaan juga terasa kuat. "Seringkali, intelektual muda kurang menyadari potensi mereka dalam membentuk arah pemikiran dan tindakan di dalam masjid kampus," tambah Dr. Fatima Abdul Aziz, seorang pakar studi keagamaan yang ikut berkontribusi dalam perencanaan Jambore Nasional AMKI Muda.
Untuk mengatasi kompleksitas tantangan ini, Jambore Nasional AMKI Muda diinisiasi sebagai langkah konkret dalam membentuk pribadi intelektual muda Muslim, terutama yang berkhidmat di masjid kampus, sebagai penggerak utama dalam mewujudkan masjid kampus yang berkemajuan dan moderat. "Kami berharap melalui Jambore ini, peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga membangun jejaring yang kokoh untuk saling mendukung dalam peran mereka sebagai pemimpin masa depan," ujar Sarah Hidayah, salah satu peserta aktif dalam kegiatan keagamaan kampus.
Jambore Nasional AMKI Muda menyediakan platform bagi para intelektual muda Muslim untuk saling berbagi pemahaman tentang Islam yang inklusif dan kontekstual. Melalui serangkaian diskusi, seminar, dan lokakarya, peserta diharapkan dapat mengembangkan ide-ide baru yang relevan dengan perkembangan zaman. "Diskusi langsung ini memungkinkan kita melihat berbagai sudut pandang dan mencari solusi yang komprehensif untuk meningkatkan peran masjid kampus," jelas Dr. Aisha Rahman.
Selain itu, terbuka ruang dialog untuk membahas peran intelektual dalam konteks keagamaan, sehingga masjid kampus dapat kembali menjadi pusat peradaban dan pengembangan ilmu pengetahuan. "Saya percaya bahwa melalui dialog terbuka, kita dapat menciptakan pemahaman bersama tentang bagaimana intelektual muda dapat berkontribusi secara positif dalam konteks keagamaan," kata Hasan Ibrahim.
Tak hanya itu, Jambore Nasional AMKI Muda juga membentuk jejaring di tingkat nasional dan internasional. "Jejaring ini memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar dari pengalaman dan praktik terbaik di berbagai belahan dunia," tutur Dr. Fatima Abdul Aziz. Ini bertujuan untuk memperluas cakupan pengaruh intelektual muda Muslim dan memfasilitasi pertukaran ide antarbangsa. Dengan demikian, para peserta dapat terinspirasi oleh inovasi dan praktik terbaik dari berbagai negara.
Melalui upaya konkret seperti Jambore Nasional AMKI Muda, diharapkan bahwa intelektual muda Muslim akan semakin mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dalam peran mereka untuk membangun masjid kampus yang berkemajuan dan moderat. Dengan karakter, khazanah keilmuan, inovasi, dan jejaring yang kuat, mereka dapat menjadi kekuatan positif dalam membentuk masa depan yang harmonis dan progresif bagi masyarakat Muslim dan dunia pada umumnya. "Kami percaya bahwa melalui kolaborasi dan kerja sama, kita dapat mencapai tujuan bersama untuk memajukan peran masjid kampus dalam pembangunan masyarakat," pungkas Sarah Hidayah dengan semangat.
Reporter: Siti Marsela
No comments
Post a Comment