VOKALOKA.COM – Bandung, Beberapa wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas yang tinggi tak terkecuali di Kabupaten Bandung lebih tepatnya di Desa Cicalengka Kulon. Sama halnya dengan wilayah lain, temperatur suhu panas yang dirasakan dapat mencapat 38 derajat celcius. Cuaca panas ini sudah terjadi sejak bulan Juli 2023 sampai pada puncaknya terjadi di bulan Oktober 2023.
Pada akun resmi instagram Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disampaikan bahwa penyebab dari suhu panas yang tinggi ini disebabkan karena minimnya pertumbuhan awan sehingga cahaya matahari secara intens langsung menyoroti bumi. Selain itu fenomena gerak semu matahari juga menjadi penyebab cuaca panas ini. BMKG menjelaskan bahwa matahari bergerak ke Selatan Ekuator sehingga sinar matahari lebih banyak menyoroti wilayah Indonesia. Gerak semu Matahari ini merupakan suatu siklus alami yang berulang dalam periode yang sama pada setiap tahunnya. Cuaca panas ini diperkirakan akan mulai menurun pada bulan November 2023.
Dalam menghadapi cuaca panas ini banyak warga Cicalengka Kulon yang merasakan ketidaknyamanan. Salah satunya pedagang kaki lima Hendra yang mengeluhkan cuaca panas ini. "Akhir-akhir ini cuacanya emang gak nyaman soalnya panas banget, apalagi kan saya jualannya di pinggir jalan gini ya tidak hanya panas yang dirasakan tapi juga polusi," ucapnya.
Selain menimbulkan ketidaknyamanan, cuaca panas juga seringkali menimbulkan kekhawatiran warga. Hal ini dikarenakan cuaca panas dapat lebih rentan menyebabkan warga mengalami gejala flu, demam, bahkan dehidrasi. Sehingga untuk menghindari hal itu diperlukan adanya kesadaran masing-masing untuk dapat menjaga cairan tubuh dan mejaga pola hidup yang lebih sehat.
Cuaca panas yang tinggi ini seringkali dipandang banyak merugikan tetapi lain dari hal itu, seorang ibu rumah tangga di Cicalengka Kulon Tuti Rahmawati memandang cuaca panas ini dengan sambutan yang baik. Ia menyampaikan bahwa baik cuaca panas maupun cuaca dingin pasti memiliki manfaatnya masing-masing yang dapat dirasakan.
"Cuaca itukan bukan kita yang mengatur jadi tinggal ambil saja sisi manfaatnya karena pasti ada aja manfaat yang bisa kita rasain jadi jangan sampai mencela cuaca deh. Tinggal kitanya aja yang bisa beradaptasi dengan baik pada cuaca apapun," tutur Tuti.
Tuti Rahmawati memanfaatkan cuaca panas yang tinggi ini untuk berkreasi membuat cemilan sederhana. Pada awalnya ia kebingungan untuk mengolah nasi di rumahnya yang masih tersisa cukup banyak. Ia merasa tidak rela untuk membuang sisa nasi itu dengan begitu saja ditengah harga beras yang sedang naik. Hingga akhirnya ia berinisiatif untuk memanfaatkan sisa nasi tersebut untuk dijadikan kerupuk gendar.
"Saya rasa ide ini sangat cocok sekali karena disatu sisi sisa nasinya menjadi tidak mubazir terus di sisi lain juga kebetulan akhir-akhir ini cuaca lagi panas-panasnya jadi bakal mempercepat proses pembuatan kerupuk gendarnya," ucapnya.
Proses pembuatan kerupuk gendar ini bisa dibilang sangat sederhana sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Sisa nasi yang akan dibuat menjadi kerupuk gendar cukup dihaluskan kemudian dicampurkan dengan tepung tapioka dan garam. Setelah dicampur rata semua bahan tadi barulah dicetak menjadi bulat pipih dan dijemur sampai mengering.
Reporter: Silmi Najmi Anzani
Pada akun resmi instagram Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disampaikan bahwa penyebab dari suhu panas yang tinggi ini disebabkan karena minimnya pertumbuhan awan sehingga cahaya matahari secara intens langsung menyoroti bumi. Selain itu fenomena gerak semu matahari juga menjadi penyebab cuaca panas ini. BMKG menjelaskan bahwa matahari bergerak ke Selatan Ekuator sehingga sinar matahari lebih banyak menyoroti wilayah Indonesia. Gerak semu Matahari ini merupakan suatu siklus alami yang berulang dalam periode yang sama pada setiap tahunnya. Cuaca panas ini diperkirakan akan mulai menurun pada bulan November 2023.
Dalam menghadapi cuaca panas ini banyak warga Cicalengka Kulon yang merasakan ketidaknyamanan. Salah satunya pedagang kaki lima Hendra yang mengeluhkan cuaca panas ini. "Akhir-akhir ini cuacanya emang gak nyaman soalnya panas banget, apalagi kan saya jualannya di pinggir jalan gini ya tidak hanya panas yang dirasakan tapi juga polusi," ucapnya.
Selain menimbulkan ketidaknyamanan, cuaca panas juga seringkali menimbulkan kekhawatiran warga. Hal ini dikarenakan cuaca panas dapat lebih rentan menyebabkan warga mengalami gejala flu, demam, bahkan dehidrasi. Sehingga untuk menghindari hal itu diperlukan adanya kesadaran masing-masing untuk dapat menjaga cairan tubuh dan mejaga pola hidup yang lebih sehat.
Cuaca panas yang tinggi ini seringkali dipandang banyak merugikan tetapi lain dari hal itu, seorang ibu rumah tangga di Cicalengka Kulon Tuti Rahmawati memandang cuaca panas ini dengan sambutan yang baik. Ia menyampaikan bahwa baik cuaca panas maupun cuaca dingin pasti memiliki manfaatnya masing-masing yang dapat dirasakan.
"Cuaca itukan bukan kita yang mengatur jadi tinggal ambil saja sisi manfaatnya karena pasti ada aja manfaat yang bisa kita rasain jadi jangan sampai mencela cuaca deh. Tinggal kitanya aja yang bisa beradaptasi dengan baik pada cuaca apapun," tutur Tuti.
Tuti Rahmawati memanfaatkan cuaca panas yang tinggi ini untuk berkreasi membuat cemilan sederhana. Pada awalnya ia kebingungan untuk mengolah nasi di rumahnya yang masih tersisa cukup banyak. Ia merasa tidak rela untuk membuang sisa nasi itu dengan begitu saja ditengah harga beras yang sedang naik. Hingga akhirnya ia berinisiatif untuk memanfaatkan sisa nasi tersebut untuk dijadikan kerupuk gendar.
"Saya rasa ide ini sangat cocok sekali karena disatu sisi sisa nasinya menjadi tidak mubazir terus di sisi lain juga kebetulan akhir-akhir ini cuaca lagi panas-panasnya jadi bakal mempercepat proses pembuatan kerupuk gendarnya," ucapnya.
Proses pembuatan kerupuk gendar ini bisa dibilang sangat sederhana sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Sisa nasi yang akan dibuat menjadi kerupuk gendar cukup dihaluskan kemudian dicampurkan dengan tepung tapioka dan garam. Setelah dicampur rata semua bahan tadi barulah dicetak menjadi bulat pipih dan dijemur sampai mengering.
Reporter: Silmi Najmi Anzani
No comments
Post a Comment