Aku melukis atma dengan kata,
Mencengkram kembali setiap kosa kata yang pernah ada,
Hanyut dalam cerita yang penuh lara,
Hingga asa yang tertumpuk rapih dalam balutan karsa,
Renjana itu memberontak menusuk jiwa membawa ambisi yang sempat tertahan oleh jeda,
Masa menyantap lahap waktu yang tersisa mendesak raga untuk mewujudkan cita,
"Kini aku telah dewasa," ucap umur yang bertambah tanpa bertanya pada jiwa,
Padahal seringkali si kecil itu masih meraung-raung minta dimanja,
Sedang aku memaksanya bersembunyi di balik tirai jendela dunia.
Senandika ini meraki meminta keluar dari ruang elegi,
Sedang jam dinding itu terus menerus bernyanyi melekat pada dinding simfoni yang tak pernah berhenti,
Aku menjerit dalam diam ditemani sanubari yang tak pernah memberi asumsi ketika jiwa ini mencurahkan isi hati,
Ya benar ... aku memang sedang berdialog dengan diriku sendiri.
Deranaku tahan berharap menyatu dengan hati yang sendu,
Risak egoisme merayu menembus celah Atmaku yang layu,
Tapi takkan kubiarkan dia beradu pacu menghancurkan deranaku,
Sedihku cukup aku yang tahu
Sedang bahagiaku bagikan tanpa ragu.
Oleh: Nurul Alfiani
No comments
Post a Comment