Vokaloka.com - Pertandingan derbi melawan rival sekota atau yang memiliki sejarah rivalitas sengit selalu menghadirkan laga yang memacu adrenalin. Dalam semua cabang olahraga, melawan rival tentu akan membuat semangat semakin membara. Namun, Tak hanya pemain, pelatih dan official yang terpacu semangatnya. Tapi, pemain ke-12 -pendukung dalam sepakbola- akan ikut serta dalam peperangan. Join the war istilah Inggris-nya.
Jika di Inggris, North-West Derby, yang mempertemukan dua tim merah Liverpool vs Manchester United selalu menjadi pertandingan yang menguras emosi pemain dan penonton. Di Spanyol ada El Clasico, Real Madrid vs Barcelona yang sempat menjadi kiblat sepakbola saat menjual pertemuan 2 GOAT sepakbola yaitu Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Sedangkan Indonesia juga punya El Clasiconya sendiri, betul, Persija Jakarta vs Persib Bandung.
Tak asal memberi label, duel Macan Kemayoran melawan musuh bebuyutannya Maung Bandung memang bak El Clasico-nya Indonesia.
Seperti laga derbi pada umumnya, laga Persija vs Persib yang panas dan penuh ketegangan tak hanya melibatkan 11 pemain di lapangan. Tapi juga suporter. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir kedua kubu suporter tak pernah bisa away untuk menonton langsung pertandingan timnya masing-masing.
Hal ini buntut dari berbagai rangkaian peristiwa dan tragedi yang senyatanya semua pihak tentu enggan hal itu terjadi lagi.
Namun apa mau dikata, rivalitas keduanya memang sudah terlanjur memanas bahkan sampai dibuatkan film layar lebar berjudul "Romeo & Juliet" yang di akhir film tersebut sampai pada kesimpulan bahwa keduanya benar-benar tak bisa disatukan bahkan dengan cinta sekalipun.
Pesan Perdamaian dari Jakmania
Dewasa bukan soal usia. Dewasa juga bukan soal postur badan. Bukan pula soal tampang. Dewasa berarti matang. Tak hanya biologis, tapi juga dalam segala aspek terutama psikologis.
Seakan ingin merelakan semua kejadian di masa lampau, Jakmania coba bersikap dewasa. Hal ini tergambar dari sikap mereka yang melakukan pengawalan untuk tim Persib Bandung yang viral di sosial media saat laga Persija vs Persib di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, pada Jum'at (31/3) malam WIB.
Setelah pertandingan pemain dan official Persib yang ingin pulang dengan menaiki barracuda sebagai tindakan antisipasi jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi, karena situasi pasca pertandingan yang selesai sangat larut malam. Saat itu ada pengawalan Jakmania yang diwakili para korlap (koordinator lapangan) dengan dikelilingi Jakmania di sepanjang jalan. Semua tampak damai dan nyaman. Situasi amat terkendali hingga semua pergi dan pulang kembali.
Hal yang seperti ini kiranya yang harus sering terjadi. Bukan malah lempar-lemparan kursi.
Jika pemandangan indah ini selalu terjadi, bukan tidak mungkin jika Jakmania dan Bobotoh bisa satu tribun bersama lagi. Semua harus mulai introspeksi dan tidak saling tunjuk sana-sini. Kalau mau sepakbola Indonesia maju, semua pelaku sepakbola harus mau sadar diri. Karena semua dimulai dari diri sendiri.
Sikap baik Jakmania ini akhirnya mendapat balasan dari Bonek –suporter Persebaya- saat Persija bertandang ke Gresik yang menjadi kandang sementara Persebaya. Saat datang dan pulang bis yang berisikan pemain, pelatih, dan official Persija dikawal dengan aman oleh Bonek. Dalam hal ini Bonek coba melanjutkan hal baik yang sudah dimulai Jakmania saat mengawal Persebaya kala bertandang ke kandang Persija.
Barangkali dari sikap itu Bonek dan Jakmania bak memberi pesan perdamaian pada semua suporter di Indonesia. Sudahi rivalitas yang tak berujung ini. Karena tak ada satupun hal positif yang bisa diambil dari keributan, ketegangan, dan tawuran antar suporter ini.
Kata-kata "Rivalitas hanya 90 menit, selebihnya kita saudara" benar harus lebih digalakkan lagi.
M Farhan Yazid/Vokaloka
No comments
Post a Comment