Coba Pikirkan (Ulang) Soal Juara, Gooners!

Vokaloka.com - "Melihat Arsenal di puncak klasemen seperti melihat gajah di atas pohon, kita tidak tahu bagaimana cara dia ke atas, tapi kita tau ia akan terjatuh," Sebuah tweet yang sempat viral di tengah musim Liga Inggris musim 22/23 karena penampilan Arsenal yang sangat mengejutkan. 

Pada awalnya semua seakan menertawakan hal itu karena seperti benar akan terjadi. Namun sebaliknya, Arsenal justru sampai pada pekan ke-31 masih memimpin klasemen tapi juga terus mendapatkan tekanan dari tim peringkat 2 dan sang juara bertahan, Manchester City.

Setelah sekian purnama berada di puncak klasemen, akhirnya situasi kian berbalik lagi untuk The Gunners -julukan Arsenal- dan quotes dalam tweet tersebut benar bisa jadi kenyataan.

Menyusul hasil imbang melawan Liverpool di Anfield pada pekan ke-30, itu membuat Arsenal kini justru berada dalam tekanan. Selisih 8 poin yang awalnya dimiliki kini tersisa 6 poin saja. Ini pun masih bisa menyusut karena City masih punya 1 laga tunda yang menjadi tabungan.

Hal inilah yang akhirnya memunculkan beberapa pertanyaan bagi para Gooners -sebutan suporter Arsenal-. Haruskah mereka coba untuk terus optimis dengan pelatih dan skuad yang ada bahwa mereka bisa juara? Atau inikah waktu yang tepat untuk menurunkan ekspektasi (menjadi) juara?

Jawabannya tentu ada di tiap diri para Gooners sendiri. Pertama, mereka bisa saja terus optimis dengan keadaan saat ini. Dari segi permainan, Arsenal musim 22/23 menjelma jadi salah satu tim yang mempertontonkan sepakbola indah. Mereka menjadi tim yang paling nyaman ditonton selain Citynya Pep Guardiola.

Kemudian, kedalaman skuad mereka juga tidak buruk. Walaupun tidak juga terlalu baik. Tapi paling tidak ini adalah skuad terbaik mereka di beberapa tahun terakhir sepeninggal Arsene Wenger pada musim 2017/18. Di lini serang mereka punya banyak opsi dengan Gabriel Jesus, Gabriel Martinelli, Bukayo Saka, Leandro Trossard, dan Eddie Nketiah. Di tengah, meski sempat ada kekhawatiran karena tak ada pengganti sepadan bagi Thomas Partey dan Granit Xhaka, mereka berhasil mendapatkan gelandang kawakan asal Italia, Jorginho dari Chelsea. Ditambah semangat dan visi kapten dan playmaker muda seperti Martin Odegaard, membuat lini tengah Arsenal tampak mewah.

Sedangkan di lini belakang, absennya William Saliba atau Gabriel Magalhaes selalu menimbulkan celah bagi pertahanan Meriam London. Namun Rob Holding dan Jakub Kiwior sejauh ini masih bisa diharapkan sampai saat ini dengan Aaron Ramsdale seorang kiper muda yang berhasil jadi sosok pemimpin di belakang.

Lalu pertanyaan selanjutnya, apa yang membuat para Gooners mulai cemas dan mulai memikirkan untuk menurunkan ekspektasinya untuk juara? Demi kesehatan mental mungkin iya. Tapi ada beberapa alasan yang masuk akal kenapa Gooners bisa mulai menurunkan ekspektasinya agar tidak kecewa berlebihan nantinya.

Skuad muda yang kurang pengalaman

Dalam menghadapi title race dibutuhkan pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Skuad Arsenal musim ini terbilang sangat muda. Dalam starting line up misalnya. Hanya Xhaka (30) dan Partey (29) yang terbilang sangat senior di tim ini. Keduanya pun belum berusia lebih dari 30 tahun. Sisanya, masih ada di usia muda pemain sepakbola. Jesus (26), Zinchenko (26), dan Ben White (25) menjadi pemain tertua setelah Xhaka dan Partey.

Dilansir dari Transfermarkt, rata-rata usia pemain Arsenal dari 23 pemain musim 22/23 adalah 24,4 tahun. Jika dibandingkan dengan City yang rata-rata usianya 26 tahun, Arsenal punya rata-rata skuad yang muda. Arsenal ditemani Southampton menjadi skuad paling muda di antara tim-tim Epl lainnya.

Keputusan pelatih yang kurang tepat di situasi terdesak

Selain pengalaman sang pemain, pelatih Arsenal, Mikel Arteta juga bisa dibilang belum punya pengalaman untuk bersaing dalam title race bersama City. Arteta hanya punya pengalaman title race saat menjadi asisten pelatihnya Pep di City. Jika dibandingkan Pep Guardiola yang juga menjadi mentornya, tentu pengalaman Arteta tidak ada apa-apanya.

Hal ini cukup membuat perbedaan dalam hal pengambilan keputusan saat situasi genting. Contohnya saat melawan Liverpool di Anfield, Arsenal yang tampil lebih dominan di babak pertama justru mengendurkan serangannya dan mulai bertahan di babak ke-2 dengan mengganti Odegaard dengan Kiwior dan bermain 5 bek. Bersyukur Ramsdale sedang dalam performa fantastis dan semua peluang Liverpool berhasil dimentahkan meskipun harus kecolongan pada menit 87'.

Mental juara yang belum teruji

Skuad muda dengan pelatih yang muda juga membuat mental untuk pacuan kuda jadi juara masih belum teruji coba. Dalam skuad Arsenal saat ini, hanya Jesus dan Zinchenko yang pernah juara Epl, itupun bersama tim sebelumnya, City.

Sisanya? Nol. Sebagian besar skuad yang ada saat ini belum pernah merasakan juara Epl. Jika dibandingkan dengan kompetitornya, City, musim lalu City berhasil jadi juara Epl setelah melakukan title race melawan Liverpool sampai di pekan terakhir. Dari hal inilah kiranya bisa membuat Gooners menurunkan ekspektasinya untuk jadi juara. Ditambah City saat ini punya Haaland yang menjadi tumpuan tiap pekan.

Namun Gooners juga patut optimis karena dengan skuad muda yang belum memenangkan apapun justru bisa membuat mereka termotivasi untuk membuktikan pada dunia bahwa mereka bisa jadi juara. Kedua tim juga akan bertemu pada (26/04/23) nanti di Etihad. Ini bisa menjadi titik balik para Gooners untuk kembali optimis buka puasa atau mencoba memikirkan (ulang) soal juara.  



M Farhan Yazid/ Vokaloka

No comments

Post a Comment