Rajut Kembali Rasa Kemanusiaan Kita di Tengah Perpecahan Umat Beragama

Oleh: Nisa Fadhilah

    Tak bisa dipungikiri persoalan agama sebagai pembahasan yang paling sensitif untuk di uraikan yang didalamnya menyangkut keyakinan atau akidah. Perpecahan kemungkinan besar dapat terjadi jika terdapat sebagian atau sekelompok orang merasa tersinggung jika akidah atau agamanya di lecehakan ataupun direndahkan tanpa alasan tertentu. 

    Berbicara tentang masalah perbedaan agama tudak akan ada habisnya, yang ada hanyalah sikap saling menjatuhkan hakikat kebenaran umat beragama lainnya dan dalam upaya mempertahankan kebenaran ajaran agamnya. Perlunya menanamkan kesadaran bahwa kita hidup berdampingan ditengah kebhinekaan negara Indonesia yang mencakup beragam suku bangsa, bahasa, budaya, serta agama. Maka sudah menjadi keharusan akan adanya pengakuan terhadap keberadaan keyakinan antar umat beragama, cukup dengan menghargai dan menghormati kepercayaan mereka tanpa ada upaya diskriminasi.

    Penerapan toleransi sebagai langkah awal dalam sikap menerima bahwa adanya perbedaan tidak harus dijadikan masalah, justru dari perbedaan tersebut tercipta keberagaman yang mesti di hargai dan di mengerti. Semua umat beragama tentu menginginkan kehidupan yang damai jauh dari kata perpecahan. Mustahil keinginan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa ada ruang yang toleran dan damai tadi. Sebab tidak ada setting sosial di dunia yang homogen secara penuh, dimanapun kita berada kemajemukan merupakan hal yang nyata.

    Mengingat apa yang disampaikan almarhum KH Hasyim Muzadi bahwa persoalan akidah atau keyakinan adalah urusan internal masing-masing pemeluk agama. Di luar dari itu pihak lain tidak berhak untuk ikut campur terhadap urusan akidah atau pemeluk agama lain. Terlebih untuk masalah muamalah yang justru harus diupayakan dalam bentuk kerjasama untuk membangun negeri ini. Menurutnya, meyakini kebenaran agama oleh setiap pemeluknya sebagai hal yang lumrah. Namun, bukan berarti kita bisa menarik kesimpulan bahwa semua agama baik dan benar, justru hal tersebut akan mendorong opini masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman. 

    Meskipun diakui adanya perbedaan, namun akan ada titik temu yang menghubungkan budaya Islam secara universal berupa komitmen masing-masing pribadinya serta kewajiban menjalankan upaya untuk menciptakan masyarakat yang sebaik-baiknya di muka bumi ini. Hal ini dinyatakan sebagaimana firman Allah SWT :

    Hendaklah ada diantara kamu ada umat yang melakukan dakwah ila al-khayr, amar ma'ruf dan nahi munkar, cara mereka itulah orang-orang yang bahagia (QS. Ali Imran (3) :104)


No comments

Post a Comment